Pernahkah kita menghitung berapa banyak sedotan plastik yang kita gunakan dalam sebulan? Mungkin tampak sepele, hanya sepotong kecil plastik, ringan, bisa dibuang begitu saja setelah sekali pakai. Namun, jika dihitung, satu orang bisa menghasilkan 30 sedotan dalam sebulan. Dikalikan dengan jumlah penduduk, maka kita akan berbicara tentang ribuan bahkan jutaan sedotan plastik yang dibuang ke lingkungan setiap hari.
Sedotan plastik hanyalah puncak gunung es dari persoalan limbah plastik sekali pakai. Di laut, benda-benda ini tak sekadar jadi sampah. Mereka terurai menjadi mikroplastik, mengkontaminasi air, masuk ke tubuh ikan, dan berujung di meja makan kita. Kimia lingkungan mengajarkan bahwa tidak ada satu pun unsur yang hilang begitu saja dari bumi semuanya hanya berpindah bentuk dan tempat. Maka, limbah yang kita buang hari ini, bisa kembali dalam bentuk yang tak kita harapkan besok.
Plastik yang Tidak Pergi ke Mana-Mana
Plastik, terutama jenis polipropilena dan polietilena yang umum digunakan untuk sedotan, adalah polimer sintetis yang sangat stabil secara kimia. Artinya, mereka tidak mudah hancur oleh sinar matahari, air, atau mikroba. Ini menjadikan plastik sangat berguna dalam industri, tapi juga menjadi ancaman ketika dibuang sembarangan.
Menurut data dari Ocean Conservancy, sedotan plastik pernah menempati posisi keempat sebagai jenis sampah paling banyak ditemukan di laut. Ini membuktikan bahwa benda kecil bisa memberi dampak besar jika digunakan secara masif dan dibuang sembarangan.
Peran Kimia dalam Solusi Air Bersih
Di tengah krisis limbah plastik dan keterbatasan akses air bersih, muncul solusi berbasis sains berupa penyaringan air portabel yang memanfaatkan bahan kimia aktif seperti nano perak. Ini adalah partikel perak berskala nanometer yang dikenal memiliki sifat antimikroba.
Nano perak bekerja dengan cara merusak membran sel bakteri, menghambat aktivitas enzim, dan bahkan mengganggu replikasi DNA mikroba. Dalam filter air, partikel ini tidak hanya menyaring secara fisik, tetapi juga menonaktifkan patogen yang lolos dari lapisan mekanik. Hasilnya, air menjadi lebih aman untuk dikonsumsi, bahkan jika berasal dari sumber yang tidak steril seperti sungai atau danau.
Teknologi ini menjadi alternatif menarik karena tidak memerlukan daya listrik, dapat digunakan berulang kali, dan membantu mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai. Dari sudut pandang kimia lingkungan, ini adalah langkah maju kita memanfaatkan ilmu untuk menyelesaikan masalah tanpa menciptakan masalah baru.
Menemukan Keseimbangan
Namun tentu saja, tidak ada teknologi yang benar-benar "bebas jejak lingkungan". Penggunaan nanomaterial juga harus dikaji dengan cermat, terutama terkait dampaknya jika terlepas ke alam. Maka, pendekatan yang ideal bukan hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada perubahan pola pikir.