Mohon tunggu...
Perempuan Sasak
Perempuan Sasak Mohon Tunggu... Guru - Perempuan Sasak

Perempuan Sasak, Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sudahkah Bangun dan Mandi Pagi, Dik?

16 Agustus 2019   09:36 Diperbarui: 16 Agustus 2019   09:46 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi (Lagi nyari kutu)

Pada suatu masa dari gelap yang paling, ada kau yang selalu menerangi.
Saat kegelisahan menyergap, kau selalu datang tanpa salah alamat.
Kau selalu ada sebagai penenang di kala otak terisi penuh oleh sepi, juga sunyi.
Kau yang selalu mendukung tanpa henti, saat diri sendiri bahkan merasa tak punya arti.

Darimu aku belajar menjadi baik.
Meski sisi baik dalam diriku, sewaktu-waktu goyah dengan pembenaran yang kadang kubuat-buat.
Aku hanya, aku hanya, aku hanya!
Ah! Betapa tololnya diriku ini.
Tanpa kujelaskan tentu kau lebih paham dan mengerti.
Tapi percayalah, darimu aku terus belajar.
Belajar menjadi yang selalu dikasihi, juga patut dibanggakan.

Darimu aku belajar arti ikhlas, meski pun kita sama-sama tahu kata ikhlas tak cukup jadi obat atas apa-apa yang telah lepas.
Darimu aku belajar arti pengorbanan, tanpa harap segala jenis balas.
Karenamu mimpi-mimpi itu terus hidup!
Kau selalu percaya. Bahkan saat aku sendiri merasa sedang mengigau, hamipir terlelap.

Tak ada yang setulus dirimu!
Menemaniku dalam segala jenis duka.
Dari duka yang paling tawa, sampai mentikkan air mata.
Tak ada yang sesabar dirimu dalam menemaniku.
Hati yang paling lapang adalah hatimu.
Tempat menanak sepi dan menyusun mimpi-mimpi.

Teruslah begitu.
Aku harap tak ada yang akan pernah berubah darimu.
Meski waktu dan tempat memaksamu untuk itu.
Tetaplah menjadi perempuan setabah Ibu, sebaik Ayah.
Ibu yang sedikit cerewet, tapi membuat kita selalu  rindu akan rumah.
Ayah yang sedikit keras, tapi mampu membuat kita menjadi perempuan yang mandiri.

Jangan pernah putus asa!
Seperti katamu tak ada yang tak mungkin atas apa-pa yang diupayakan bahkan gunung yang katanya tinggi, mampu kita taklukkan.
Aku masih, dan akan selalu percaya suatu hari impian itu akan terwujud.
Bahkan tanpa kita harus bersusah payah memintanya.
Sudahkah bangun dan mandi pagi, dik?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun