Menghisap sebatang tembakau racikan paman lebih dalam
Lebih dari sekadar merapal mantra-mantra sunyi dan kelam
Sehingga aku melihatmu jatuh dari ketinggian langit muram
Sambil tercengang meratapi satu bintang yang kau genggam
“Memilikimu seiring kulminasi malam, sayup-sayup cahayamu.”
Aku bahkan masih sempat bergumam akan paras lesung pipi itu
Sialan!
Pengawal bertubuh gempal di belakangmu melotot ke arahku
Sembari memilin kumisnya yang hitam dan tebal
Seolah-olah mereka kian mengintimidasi hidupku
Andai saja dulu si Pitung mewariskan jurus-jurus yang jitu
Mungkin pengawal itu sudah kujadikan adonan tepung terigu
Tapi kemudian kau pun menghampiri keheninganku
Seraya bersenandung dengan suara teramat merdu
"Ketika bulan sabit sembunyi dalam satu ancaman"
"Bintang-bintang berserakan di atas air celupan"
"Manusia berhalakan semut di seberang lautan"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!