Selanjutnya, penulis akan memaparkan mengenai landasan pemikiran tasawuf Syekh Abdurrauf As-Singkili.
- Al-Qur'an dan Hadis sebagai Dasar Pemikiran Tasawuf. Menurut Syekh Abdurrauf As-Singkili, berpedoman pada al-Qur'an dan hadits itu sangat penting. Dengan berpedoman kepada al-Qur'an dan hadits, pengetahuan seseorang akan terpelihara dari kesesatan. Syekh Abdurrauf As-Singkili sangat komitmen dalam menggunakan sumber al-Qur'an dan hadits terhadap pemikiran tasawufnya.
- Doktrin Wadt al-Wujd. Ketika alam semesta ini diciptakan oleh Allah, maka alam semesta tersebut tidak boleh dikatakan sebagai 'ain al-aqq (Allah). Alam semesta ini tidak dapat mewujud dengan sendirinya, tetapi bergantung kepada wujud Allah.,Segala sesuatu yang tidak wujud dengan sendirinya, tetapi bergantung kepada wujud lainnya, maka pada hakikatnya wujud sesuatu itu merupakan milik dari wujud lainnya itu, dan tidak ada yang maujd itu pada hakikatnya selain dari pada Allah. Sebab ketika dikaji hakikat wujud alam semesta ini, maka kita akan sampai kepada kesimpulan akan ketiadaan wujudnya. Inilah puncak dari pemahaman tauhid yang dituntut oleh Allah.
- Al-Fa'id (Emanasi). Menurut Syekh Abdurrauf As-Singkili, alam semesta itu diciptakan dari pemancaran (eminasi) dzat Allah. Jadi, wujud alam itu tidak benar-benar berdiri sendiri, melainkan terjadi melalui pancaran. Proses penciptaan alam (al-fid), dijelaskan Syekh Abdurrauf As-Singkili dalam kitabnya Bayn Tajalli, melalui konsep martabat tujuh: "Dan seyogyanya kita ketahui dan kita i'tikadkan bagi aqq Ta'la itu tujuh martabat, yakni mempunyai ia akan tujuh martabat dengan ijml, pertama martabat adiyat namanya, kedua martabat wadat namanya, ketiga martabat widiyat namanya, keempat martabat 'lam arwah namanya, kelima martabat 'alam mithl namanya, keenam martabat 'lam ajsm namanya, ketujuh martabat 'lam insn namanya. Maka tiga yang pertama itu martabat ketuhanan dan empat yang kemudian itu martabat kehambaan lagi maar bagi aqq Ta'la."
- Pendekatan dan Cara Mengenal Allah sebagai Hakikat Wujud. Proses dalam mengenali Allah adalah melalui proses tarqi dalam upaya mengembalikan a'yan khrijiyyah kepada kesadaran a'yn thbitah sebagai bentuk upaya spiritual seseorang untuk mencapai posisi puncak spiritual. Upaya ini diawali dengan menghadirkan kesadaran kehambaan di hadapan Allah dengan mengharapkan rahmat-Nya, sehingga kemudian Allah membukakan rahmat-Nya kepada hati hamba, sehingga tajalli lah sifat-sifat ke-Tuhanan pada diri hamba itu. Diawali dengan menyadari keberadaan nyawa yang bentuk rupanya sama dengan rupa tubuh. Tubuh merupakan rupa zahir, dan nyawa adalah rupa yang halus dan batin. Nyawa adalah tempat nyatanya semua sifat Allah yang tujuh. Sifat Allah adalah tempat nyatanya Zat Allah, sedangkan Zat Allah tidak ada yang menyerupainya sesuatupun baik pada alam zahir maupun alam batin. Zat bayangannya adalah sifat, sifat itu bayangannya adalah nyawa, dan nyawa itu bayangannya adalah tubuh. Maka dilakukan proses taraqi (dinaikkan) pandang dengan cara difnakannya sekalian tubuhnya di dalam nyawanya dan diitsbatkannya nyawanya. Kemudian difnakannya nyawa di dalam sifat Allah, diitsbatkannya Allah taala semata-mata pada batinnya. Maka diucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan pengertian, tiada nyawaku dan badanku, yang wajib ada hannya Allah.
- Memahami Hakikat Kematian. Berkenaan dengan hakikat kematian, Syekh Abdurrauf As-Singkili mengutip dari kitab Tadhkrah karangan Syaikh Djamaluddin r.a bin Muhammad bin Ahmad al-Qurtubi. Menurut Syaikh Djamaluddin, ketika seseorang dalam kondisi sekarat, maka akan datang dua setan yang mendatanginya dan duduk di sebelahnya. Setan yang kanan akan menyeripai bapaknya dan setan kiri akan menyerupai ibunya. Selain itu, setan akan menyuruh pasukannya untuk datang dan menyerupai sahabat-sahabat dan orang yangdisayanginya kemudian membujuknya agar mati dalam agama nasrani dan yahudi. Jika seseorang tersebut menurut Allah bukan hamba yang taat, maka orang itu akan ikut ajakan setan. Dan jika orang tersebut orang taat, maka Allah akan memanggil malaikat Jibril untuk mengusir setan-setan dan mengusap wajah orang tersebut sehingga wajahnya tersenyum.
- Tujuan penciptaan. Dalam hal ini, Syekh Abdurrauf As-Singkili merujuk pada ayat al-Qur'a, yaitu surat al-Baqarah ayat 21 dan ayat 39. Dimana tujuan diciptakannya manusia ialah untuk menyembah Allah, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Demikianlah konsep tasawuf menurut Syekh Abdurrauf As-Singkili. Dapat dilihat beliau merupakan sosok yang sangat alim. Beliau mempelajari ilmu tidak hanya dalam satu sudut pandang ilmu saja, namun semua sudut pandang beliau pelajari. Sehingga beliau sangat berhati-hati dalam melangkah (berfatwa).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!