Refleksi ini menghubungkan pengalaman bermain dengan nilai-nilai Pancasila.
6. Penilaian Formatif.
Gunakan rubrik sederhana untuk mengevaluasi komunikasi, partisipasi, saling membantu, dan mematuhi aturan. Penilaian berfokus pada proses kerja sama tim, bukan hanya hasil permainan.
Selain memperkuat kerja sama, permainan tradisional mendukung perkembangan emosional dan fisik siswa: meningkatkan keterampilan motorik halus dan kasar, pengaturan emosi, dan kesadaran akan budaya lokal. Karena permainan tradisional sering mengandung nilai-nilai lokal, kegiatan ini juga memperkaya muatan pembelajaran kewarganegaraan dan budaya yang relevan dengan kurikulum.
Dengan demikian, permainan edukatif tradisional merupakan salah satu sarana efektif untuk menumbuhkan sikap kooperatif siswa SD dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila. Melalui permainan seperti gobak sodor, benteng, atau congklak, siswa secara alami belajar berkomunikasi, berbagi peran, menaati aturan, dan menghargai perbedaan, nilai-nilai yang sejalan dengan semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat Pancasila. Mengintegrasikan permainan tradisional ke dalam pembelajaran tidak hanya menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan, tetapi juga memperkuat karakter sosial budaya anak sebagai generasi penerus bangsa, meningkatkan interaksi sosial, tanggung jawab, dan solidaritas siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan terus berinovasi dengan menerapkan permainan tradisional sebagai strategi kontekstual yang relevan dan menyenangkan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI