Mohon tunggu...
SSID by Himasiltan IPB
SSID by Himasiltan IPB Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Akun ini dikelola oleh divisi Scientific and Strategic Issue Development dalam naungan Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Hutan (Himasiltan) IPB periode 2023/2024

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

UKM IGAF IPB Menggelar Climate Day 2023: Climate Change Movement Move to be Greener

24 November 2023   10:00 Diperbarui: 24 November 2023   10:04 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Sabtu 21 Oktober 2023, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Indonesian Green Action Forum (IGAF IPB) melaksanakan kegiatan peringatan Climate Day 2023 yang diselenggarakan di Auditorium Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga (GMSK) IPB University. Acara ini merupakan program kerja unggulan dari UKM IGAF IPB sebagai aksi nyata kepedulian terhadap isu perubahan iklim yang terjadi dalam beberapa dekade sekarang. 

Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah mewujudkan gagasan inovatif yang muncul sebagai upaya mengatasi perubahan iklim, membangun networking antar-organisasi di IPB yang bergerak dalam bidang lingkungan, serta mewujudkan kembali IPB University sebagai Green Campus. 

Kegiatan ini merupakan wadah bagi para generasi muda dalam berperan untuk implementasi net zero emission Indonesia pada tahun 2060 serta bertukar pikiran mengenai dampak perubahan iklim terhadap pertanian, sosial, ekonomi, dan kegiatan secara keseluruhan di masyarakat.

Acara ini dihadiri oleh berbagai anak muda dan organisasi mahasiswa yang bergerak dalam bidang sosial-lingkungan masyarakat seperti Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA), Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem (HIMATETA), Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA), Uni Konservasi Fauna (UKF), IPB Sustainable Science Research Students (SSRS) Association, Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (DPM E), serta  International Forestry Student Association (IFSA) dengan total peserta yang hadir sebesar 59 partisipan.  

Secara garis besar acara ini terbagi menjadi dua bagian yang berfokus pada peran generasi muda terhadap implementasi net zero emission Indonesia pada tahun 2060 yakni sesi pemaparan materi dan sesi focus group discussion.

Sesi pemaparan materi diisi oleh 2 pemateri; Kak Adila Isfandiari dari Greenpeace Indonesia dan Kak Sandhi Eko Bramono dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia yang juga perwakilan dari 10th World Water Forum. Kak Adila membahas terkait bukti nyata krisis perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Kak Adila menekankan bahwa krisis iklim yang terjadi di Indonesia sudah parah dan tidak sesuai dengan Paris Agreement yang telah disepakati pada tahun 2015. 


Kak Adila juga menyoroti terkait komitmen iklim negara di dunia yang sama sekali tidak ada yang mampu memenuhi Paris Agreement. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi di dunia menyumbang 55% dari total emisi global tahun 2050 yang akan membawa kenaikan temperatur global mencapai 4℃. 

Kak Adila menekankan bahwa penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) tertinggi adalah sektor energi, sehingga perlu adanya transisi energi dari energi fosil menjadi energi terbarukan serta menekankan pentingnya generasi muda dalam mengakselerasi program transisi energi dan mengurangi perubahan iklim yang terjadi. 

Selanjutnya materi disampaikan oleh Kak Sandhi Eko Bramono terkait peran generasi muda melalui kolaborasi pemuda dan pemerintah dalam merealisasikan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-6: air bersih dan sanitasi layak. Kak Sandhi memaparkan bahwa Indonesia memiliki komitmen untuk memberikan akses air minum layak 100% dan untuk akses air minum aman sebesar 15%. Sedangkan, untuk sanitasi layak sebesar 90% dan akses sanitasi aman sebesar 15% pada tahun 2024. Namun, kenyataannya pada tahun 2022, layanan dasar air minum dan sanitasi masih jauh dari target yang ditentukan pada tahun 2024. 

Hal ini dikarenakan banyaknya tantangan untuk mewujudkan air minum dan sanitasi aman seperti masalah teknis, regulasi, kelembagaan, pendanaan, dan peran serta masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah menerapkan konsep “THIS” dalam mewujudkan tujuan ke-6 SDGs yakni tematik, holistik, integratif, dan spasial, serta menekankan bahwa peran generasi muda sebagai agen perubahan di rumah, masyarakat, dan penelitian sebagai akselerator pengetahuan dan akselerasi percepatan poin ke-6 SDGs. Di samping itu, dalam acara ini IGAF bekerjasama dengan 10th World Water Forum dan acara ini menjadi

Sesi kedua merupakan sesi panel discussion yang dilakukan dengan menggunakan skema focus group discussion di mana peserta dibagi menjadi enam kelompok yang akan membahas masalah yang telah diberikan oleh panitia. Adapun masalah yang diangkat dalam focus group discussion adalah:

Penyebab Perubahan Iklim

Penyebab utama perubahan iklim adalah emisi dari gas rumah kaca. Ada empat faktor terbesar yang menyumbang emisi di atmosfer, yakni transportasi dan mobilisasi, pembangkit energi, pertanian, serta perumahan dan perkantoran.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian dan Kesehatan

Perubahan iklim menyebabkan berubahnya cuaca, sehingga turut memengaruhi masa panen. Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain, kenaikan harga pangan akibat hasil panen yang menurun, berkurangnya sumber pakan ternak yang mengakibatkan kualitas pangan menurun, serta kualitas pertanian menurun akibat sistem irigasi yang mengering.

Sedangkan dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan antara lain, sistem imun menurun akibat perubahan cuaca yang drastis serta banyaknya pengidap penyakit ISPA akibat menghirup polutan emisi gas karbon.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Perairan dan Keragaman Biodiversitas

Kenaikan suhu akibat perubahan iklim menyebabkan mencairnya es di kutub, sehingga mengakibatkan penambahan tinggi permukaan air di bumi. Jika hal ini terus berlanjut, maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa daratan di bumi akan tenggelam. Selain itu, perubahan iklim juga mengakibatkan banyak tumbuhan dan hewan yang kehilangan habitatnya. Akibatnya rantai makanan terputus sehingga dapat meningkatkan laju kepunahan berbagai makhluk hidup.

Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Adaptasi perubahan iklim diperlukan agar setiap manusia dapat menyesuaikan diri dengan anomali anomali iklim yang terjadi belakangan ini. Hal tersebut dapat dilakukan dari berbagai macam bidang, sebagaimana perubahan iklim yang menyebabkan perubahan di setiap aspek kehidupan. Perubahan iklim juga perlu diperhatikan oleh seluruh stakeholder, baik pemerintah, akademisi, pebisnis, dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan perubahan iklim yang menyebabkan dampak di segala bidang, sehingga penanganannya pun perlu dilakukan oleh seluruh stakeholder yang ada.

Mitigasi Terhadap Perubahan Iklim

Upaya mitigasi berupa strategi dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menekan pemanasan global antara lain, melakukan pengolahan limbah dan sampah, memanfaatkan energi ramah lingkungan, beralih ke climate smart agriculture seperti melakukan vertical agriculture, serta penerapan pajak eksternalitas dan bursa lahan karbon.

Pendidikan tentang Perubahan Iklim

Metode edukasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat antara lain, menyebar poster-poster untuk meningkatkan kepedulian, menerapkan green lifestyle, membentuk komunitas atau organisasi melakukan kajian yang mendorong policy brief supaya pemerintah dapat merealisasikan dalam bentuk peraturan, pendidikan dini kepada anak-anak dengan recycle sampah, melakukan fundraising untuk menunjang kegiatan yang akan dilakukan, serta melakukan kampanye lingkungan melalui media sosial.

Perubahan iklim di Indonesia merupakan masalah besar yang mengancam tingkat biodiversitas Indonesia. Masalah perubahan iklim merupakan masalah yang harus ditangani secara cepat dan tepat oleh berbagi pemangku kebijakan dan masyarakat. Peran generasi muda dinilai penting kaitannya dalam isu perubahan dan penanganan perubahan iklim. Hal ini karena generasi muda merupakan pemimpin masa depan yang akan terus melanjutkan masa depan dari bumi dan negara. Pemerintah, organisasi non-profit dalam hal ini adalah organisasi lingkungan, dan masyarakat perlu bersinergi dalam menangani perubahan iklim dan menciptakan peran akselerasi peran generasi muda dalam perubahan iklim yang meliputi transisi energi, ekonomi, dan pembuatan kebijakan. Sesi terakhir acara memberikan kesempatan kepada partisipan untuk memberikan pandangan, masukan, dan peran generasi muda dalam berkontribusi secara luas untuk menangani perubahan iklim di Indonesia. Hal ini sejalan dengan pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh pemerintah dan dunia.

The First Satellite Event on the Road to the 10th World Water Forum in the Region of Asia and the Pacific was conducted physically at Bogor Agricultural University (IPB University) on 21 October 2023. The event was conducted in parallel with the IGAF Climate Change events.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun