Ketidak seimbangan yang saya maksud ini adalah realita di lapangannya. Ketika para laki-laki duduk di depan --yang katanya menghadiri tahlilan, tetapi tidak sungguh-sungguh saat mengikutinya. Kadang malah ngobrol sendiri, sambil mainan hp, liyer-liyer ngantuk, dan aktivitas di luar rukun tahlil. Padahal, niatan diadakan tahlil itu baik. Tapi kalau tidak sungguh-sungguh, apa tidak melukai perasaan si pembuat acara? Termasuk, jika tidak sungguh-sungguh tidak menghormati yang telah berjibaku di dapur. Coba kalau dibalik, yang di dapur yang sak geleme dewe?, apa bisa jadi itu hidangan untuk para tamu?
Bagi saya, itu adalah kesenjangan yang nyata. Tidak berkeadilan sosial. Dan saya jadi yakin bahwa patriarki itu dampaknya tidak baik.
Oleh karena itu, kalau diundang tahlilan, saya akan sungguh-sungguh saat dzikirnya, saat berdo'anya dan akan menandaskan minuman dan makanan yang disajikan. Sebagai bentuk penghormatan saya kepada pemilik acaran dan para pihak yang berjuang di belakangnya. Yaitu para ibu.
Melawan kesenjangan sosial baca : patriarki tidak perlu aksi besar nan heroik. Kita habiskan hidangan dalam bentuk perlawanan yang nyata dan semua hal itu. Terima kasih ibu-ibu. Jariyahmu mengalir. Insya Allah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI