Mohon tunggu...
M Fikriansyah
M Fikriansyah Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lebih Berseteru, Saatnya Masyarakat Bersatu

2 Mei 2019   10:58 Diperbarui: 2 Mei 2019   11:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah lembaga survey telah melakukan quick count Pilpres 17 April 2019, dimana dalam hasilnya, pasangan Jokowi -- Ma'ruf Amin telah berhasil mengungguli penantangnya Prabowo -- Sandiaga.

Sembari menunggu pengumuman hasil resmi dari KPU, tentu kita berharap agar tidak ada gejolak politik yang disebabkan oleh manuver dari para Capres atau tim suksesnya.

Kita tentu percaya bahwa siapapun yang mengikuti kontestasi politik, tentu harus siap menang dan siap kalah, tak hanya peserta bahwa simpatisan hingga tim sukses haruslah mampu meredam gejolak amarah ditengah berita hoax yang beredar.

Pada hakikatnya, Pemilu adalah referendum politik atau bahkan bisa disebut juga "People Power" dalam arti yang sebenarnya, dimana rakyak memiliki hak untuk mencabut atau melanjutkan mandat petahana, atau memberi maupun menolak memberikan mandat kepada calon baru.

Demokrasi di Indonesia membutuhkan kedewasaan berpolitik, segala bentuk penyelesaian melalui kerusuhan, demonstrasi maupun upaya yang cenderung mendelegitimasi KPU selaku lembaga independen, tentu haruslah dihindari. Karena segala bentuk kecurangan bisa diselesaikan melalui jalur yang telah diatur dalam undang -- undang. Rakyat tentu diperbolehkan untuk melaporkan segala kecurangan kepada Bawaslu maupun KPK.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika sudah semestinya melekat pada masyarakat, jangan sampai hanya karena perbedaan angka 01 dan 02, hubungan antar warga menjadi renggang, dan tidak saling sapa. Tentunya jangan sampai Pemilu dalam sehari dapat menjadi jurang pemisah hubungan kekerabatan baik di lingkungan masyarakat ataupun di lingkungan kerja.

Pemilu sudah sepatutnya menjadi pesta demokrasi, dimana kesuksesannya bisa dinikmati bersama. Karena siapapun presidennya, seluruh elemen masyarakat berkewajiban untuk membangun dan menjaga persatuan Indonesia sampai kapanpun.

Tentu kita masih ingat saat debat Pilpres yang mempertemukan Jokowi dengan Prabowo, dimana keduanya sama sama berjanji akan tetap menjaga persaudaraan. Hal ini tentu bisa menjadi teladan bagi siapapun yang terhipnotis oleh fanatisme politis semata.

Apalagi menjelang Ramadhan, tentu menjadi momen yang pas untuk saling memaafkan dan salin meredam nafsu duniawi dalam bentuk apapun.

Di Wonosobo, doa lintas agama diselenggarakan menjelang Pemilu agar masyarakat dapat saling bersilaturahmi dan tentunya sebagai ajang untuk sama sama berdoa menurut agama dan kepercayaan masing -- masing, sebagai wujud kerukunan antar umat beragama untuk kemaslahatan, kedamaian dan keamanan dalam penyelenggaraan pemilu.

Dalam ranah digital, masyarakat yang sering mengakses dunia maya juga memiliki peran yang sangat vital dalam mewujudkan pemilu yang sejuk. Salah satunya adalah dengan tidak mudah terprovokasi oleh berita yang tidak benar alias hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun