Mohon tunggu...
ikram embisa
ikram embisa Mohon Tunggu... Guru - guru

saya seorang guru, mangajar di man 1 sula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulit Membentuk Persatuan di Sula

1 Agustus 2020   15:50 Diperbarui: 1 Agustus 2020   15:45 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selanjutnya juga keluarga. Orang tua masih sering berpikir bahwa sifat dan karakter seorang anak bukan di bentuk mulai keluarga. Kalau orang tua yang seperti ini anaknya pasti karakternya anak tidak baik. 

Mereka anak memperlakukan anaknya seenaknya saja, tidak memikirkan perasaan atau emosi anak. Orang tua yang seperti ini kecenderungan tidak menghargai anaknya. Anak yang kurang mendapat cinta dan kasih sayang dari orang tua pasti tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter tidak baik, seperti kurang ajar, malas belajar, tidak bisa konsentrasi, dan tidak mau taat aturan dan serta tidak menghargai orang lain dan lainya .

Manusia di bentuk melalui lingkungan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah, tapi yang paling peran penting lingkungan keluarga. Kalau orang tua salah mendidiknya pastinya anak tersebut akan tumbuh menjadi pribadi yang karakter tidak baik. Kita manusia belajar melalui lingkungan, kalau baik maka akan menjadi baik, buruk tumbuh menjadi pribadi yang buruk. Olehnya itu keluarga harus menciptakan lingkungan yang baik untuk anak-anaknya.

Dan juga budaya orang Sula. Masyarakat sula terdiri atas 4 suku yaitu fagudu, falahu, mangon dan fatcei yang tersebar di  2 wilyah yang di pisahkan oleh laut. Suku-suku tersebut terwujud dalam beberapa desa yang berada di Sula. Masing-masing suku tersebut ingin saling mendominasi baik di pemerintahan maupun masyarakat. 

Mereka tidak mau mengalah untuk kebaikan Bersama. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk saling menjatuhkan antara satu dengan lainya. Polarisasi tersebut terbawa dalam lingkungan sosial masyarakat ini terwujud dalam sikap, perbuaatan dan percakapan.

Selain itu juga antara desa ingin saling menjatuhkan, mereka menginginkan desa lebih hebat dengan desa lainnnya. Kondisi ini juga terbawa sampai di tingkat komplek dan individu. Percakapan dan perbuatan sehari saling menjatuhkan antara satu dengan lainnya.

Perbedaan tersebut menimbulkan raja atau penguasa kecil di daerah. Individu atau kelompok masyarakat yang mempunyai pengaruh di desa, mereka akan menjatuhkan kelompok atau individu yang tidak punya pengaruh. 

Mereka akan membuat kelompok yang tidak  punya pengaruh tersebut tidak berdaya . Mereka akan membuat kelompok atau individu tersebut tidak di hargai. Mereka mendesain seakan-akan lebih hebat atau baik dari orang lain. Rasa penghargaaan orang yang berbuat kebaikan sangat lemah sekali, mereka lebih menghargai orang yang punya pengaruh walaupun tidak baik adanya.

Dan juga krisis ketokokan dan keteladanan. Di sula tidak ada tokoh ada agama, tokoh masyarakat dan pemuda, yang suaranya bisa di dengar untuk dapat mempersatukan Sula. Para tokoh-tokoh ini tidak mempunyai integritas yang baik untuk dapat menjadi ciptakan persatuan di Sula. 

Mereka semua terlibat dalam politik praktis. Dan juga mereka berafiliasi pada kelompok tertentu, yang dapat mempertajam perbedaan di Sula. Misalkan pada masa AHM, tokoh-tokoh ini juga bergabung menjadi Tim suksesnya.

Minim rasa persatuan dan kesatuan membuat membuat kita mudah di permainkan oleh siapa saja, dengan iming-iming jabatan dan uang. Akal dan pikiran tidak dapat berpikir dengan baik. Kita sudah tidak dapat membedakan mana itu baik dan buruk, semuanya sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun