Mohon tunggu...
ikram embisa
ikram embisa Mohon Tunggu... Guru - guru

saya seorang guru, mangajar di man 1 sula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulit Membentuk Persatuan di Sula

1 Agustus 2020   15:50 Diperbarui: 1 Agustus 2020   15:45 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya beberapa kali memposting tulisan di grup online yang mengkritik karakter dan kebiasaan orang Sula yang dapat memecah belah kita masyarakat Sula. Saya mencoba membuka pikiran dengan postingan tersebut, tapi kenyataannya banyak yang tidak terima . 

Saya ingin menunjukkan selama ini kita telah salah menjalani kehidupan di Sula. Kita harus sama-sama belajar atas keadaan yang telah terjadi di Sula. Dan setelah itu intropeksi diri dan memperbaikinya. 

Namun kenyataannya banyak orang yang tidak suka dengan hal tersebut. Setelah mereka membaca , Teman-teman menunjukkan ekpresi tidak senang terhadap saya, Sedang netizen berkomentar menjatuhkan saya.

Bukan hanya itu saja, kalau kita lihat fenomenal sosial masyarakat Sula sangat mendukung untuk tidak tercipta rasa persatuan di antara orang Sula. Mereka lebih kecenderungan menghina, merendahkan dan menjatuhkan orang lain apabila berseberangan, dalam hal apapun. 

Apabila ada orang yang memberi masukan, walaupun itu baik untuknya tidak akan di terima selama bertentangan dengan keinginannya. Dan memiliki egoisme sangat tinggi dan keras kepala.

Mereka lebih mendengarkan dan mengikuti orang-orang yang mempunyai banyak uang dan mempunyai jabatan daripada orang yang berkarakter baik yang menginginkan Sula menjadi maju seperti daerah lain. Selama beberapa kali pemilhan bupati dan wakil bupati, yang terpilih orang yang mempunyai banyak uang tapi tidak mempunyai karakter yang baik. 

Misalkan AHM terpilih   2 kali, selama menjadi bupati, tidak pernah menetap di Sula, terlibat kasus korupsi, banyak orang dekatnya masuk penjara dan dia juga sekarang telah masuk penjara kasus korupsi bandara bobong.

Walaupun dia tidak menjabat lagi dan sementara berada di persakitan , tapi pendukungnya selalu membela dan menceritakan kebaikannya. Para pendukungnya selalu menekan masyarkat untuk tidak ada yang bisa menceritakan kejelekan. Para pendukungnya seperti pendukung presiden Jokowi saja.

Dan juga di dunia Pendidikan . Di sekolah  tidak ada persatuan dan kesatuan antara kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolah. Kepala sekolah tidak mau mendengar guru-guru yang mau supaya sekolah tersebut di jalankan sesuai aturan Pendidikan. 

Dia lebih mendengarkan guru yang selalu membela siswa yang nakal, kurang ajar, malas dan tidak mau taat aturan sekolah supaya naik kelas. Guru yang baik tidak terlalu di sukai. Guru yang berpikir terbuka, kritis dan visioner tidak terima di sekolah. Guru yang baik tidak terlalu di hargai. Pada akhirnya guru yang baik malas menjalankan tugas. Mereka berpikir bahwa buat apa memeras pikiran dan tenaga untuk menjalankan tugas, pada akhirnya  sekolah tidak menghargainya yaitu menaikan siswa yang malas.

Di sekolah ada kelompok yang saling bertentangan. Kalau seperti itu apabila ada masaalah, pasti tidak ada kekompakan untuk mencari solusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun