Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama FEATURED

Bermaafan Secara Virtual Tak Mengurangi Keikhlasan

22 Mei 2020   23:36 Diperbarui: 14 Mei 2021   07:16 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bermaafan (dokumentasi pribadi)

Tahun 2020 buat saya adalah tahun bermaafan. Ada sebuah momen di awal tahun yang membuat saya terbuka pikirannya. Beberapa kali saya sharing tentang resep hidup sehat, salah satunya adalah sehat pikiran.

Nah, sumber penyakit itu ternyata secara tidak sadar kita bawa dan mengendap sehingga menjadi penyakit. Entah itu sakit kepala, pegal-pegal di pundak dan sebagainya. Kata orang sih itu gejala psikosomatik.

Beruntung saya hadir dalam sesi sehat bersama Ketapels di awal tahun. Asli, sepulang dari acara tersebut saya mendapatkan banyak pencerahan. Salah satunya adalah sharing dari mbak Mey tentang bagaimana memaafkan dan mencintai orang lain.

To Love and To Forgive

Dua frasa tersebut sebenarnya sangat sederhana sekali. Bahkan dalam agama yang saya anut sebenarnya ini menjadi inti dari silaturahmi. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. 

Nah, orang yang bermanfaat itu tentu adalah orang yang pandai menggembirakan orang lain. Jadi sebenarnya itu esensi dari sebuah agama,

Malahan Rasulullah dalam kesehariannya memberikan teladan yang sangat luhur. Betapa luhurnya sifat dan kasih sayang Rasul kepada para pengikutnya bahkan orang yang membencinya, sampai-sampai Rasul itu menyuapi seorang Yahudi buta yang sering memaki-maki Rasul. 

Bahkan dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Rasul sering dilempari kotoran orang seseorang. Ketika pelempar kotoran itu sakit, justru Rasul lah yang pertama kali menjenguknya. 

Ini membuktikan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang welas asih, mulia, tidak baperan, dan selalu enteng memaafkan orang lain apapun perilakunya yang di luar batas wajar. 

Yuk Lebih Sehat dengan Memaafkan

Memaafkan ini saya rasa bukan hanya memaafkan orang lain saja lho. Tapi juga memaafkan diri sendiri dan memakluminya. Contoh jika ada keinginan yang belum terlaksana karena satu dan lain hal, jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Tapi, maafkanlah, mungkin rezekinya memang belum ada di situ.

Apalagi dengan orang lain. Jika orang lain pernah melakukan kesalahan kepada kita, ya sudah maafkan saja dengan lapang dada. Toh, orang-orang yang berbesar hati memberikan maaf kepada orang lain yang mendzaliminya justru akan dijanjikan pahala dan syurga. 

Bermaafan Secara Virtual

Jadi, momen dalam kondisi pandemi seperti ini sebenarnya bukan alasan untuk tidak saling bermaafan. Malahan jadi lebih enteng dan tidak kaku lagi jika berhadapan lewat sebuah kamera. Kita malah jadi bisa lebih leluasa berbicara kepada orang lain.

Momen lebaran dalam kondisi pandemi seperti ini mudah-mudahan tidak membuat tradisi bermaafan menjadi pudar. Mudah-mudahan kita bisa memberikan maaf kepada orang lain, siapapun itu dan tidak menyimpan dendam dalam waktu yang panjang. 

Apapun alasannya, relakan, lepaskan, dan maafkan. Karena dengan begitu justru yang diuntungkan adalah kita sendiri, sehingga tidak ada lagi beban yang harus ditanggung agar kita bisa berlari cepat mengejar mimpi dan harapan yang harus diwujudkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun