Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman (Ndeso) Pertama Nonton di The Premiere XXI

30 April 2012   09:03 Diperbarui: 4 April 2017   18:18 106301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Mall Living World /dok. pribadi

Pada tanggal 16 April 2012 ketika siswa SMA sedang mengikuti Ujian Nasional, forum kompas.com mengadakan sebuah kontes. Kontes tersebut cukup mudah. Kontes itu hanya meminta peserta forum untuk memberikan TIPS UN dan berinteraksi dengan forumer lainnya untuk berdiskusi tentang tips yang di berikan satu sama lain. Saya sendiri hampir terlambat mengetahuinya. Kebetulan saya pernah menulis tentang delapan alasan siswa tidak lulus ujian nasional. Maka saya copaslah tulisan saya di kompasiana itu sebagai tips un. Tak perlu repot dan cukup mudah. Karena sebelumnya memang tulisan tersebut ditujukan untuk para siswa yang kerap kali melupakan kesalahan-kesalahan teknis yang sifatnya sepele sekali. Mengingat sedikit sekali minat forumer yang memberikan tips un, hanya tiga orang yang ditetapkan sebagai pemenang. Dan memang hanya tiga orang itulah yang memberikan tips un di forum.kompas.com. Sayang sekali bukan? Padahal forum.kompas.com menyediakan tujuh pasang tiket gratis nonton di The Premiere XXI (TP XXI). Akhirnya saya cukup beruntung mendapatkan sepasang tiket nonton di The Premiere XXI. Saya pribadi belum pernah sama sekali nonton di bioskop TP XXI. Bioskop yang paling mahal yang pernah saya kunjungi adalah blitz megaplex di teras kota, BSD ketika saya nonton film Negeri 5 Menara. Maklum lah kalau kantong guru biasanya cari yang gretogan (gratisan) atau nomat (nonton hemat) tiap hari senin. Harga nomat (tiap hari Senin) di XXI BSD sendiri saya pikir sangat murah. Cukup mengeluarkan uang 10.000-15.000 rupiah saja kita sudah bisa nonton film terbaru. Kembali ke tiket gratis, karena tiket itu hanya berlaku bulan April. Maka, saya memutuskan untuk menonton pada Jumat (27/4) malam. Sayangnya kami terlambat datang sehingga kursi bioskop sudah fully booked. Hanya ada satu kursi tersisa. Tentu saja tidak mungkin salah satu dari kami harus nonton sendirian. Esoknya, Sabtu (28/4) sore kami kembali lagi dan datang lebih awal ke bioskop TP XXI yang terletak di Mall Living World, Alam Sutera, Serpong. Konsep mall yang humanis karena menyediakan sofa-sofa yang lebar di beberapa spot yang sangat strategis. Apalagi ada beberapa tempat duduk yang khas di pasang berdampingan dengan pohon-pohon bambu yang menjualang tinggi. Setelah memesan nomor kursi, kami lalu turun kembali ke lantai dasar untuk makan. Sambil menunggu film ditayangkan kami pun jalan-jalan melihat-lihat beberapa barang yang menarik dan unik di Ace Hardwere. Setelah itu kemudian kami ke lantai paling atas Mall Living World. Ternyata ada teras yang cukup nyaman untuk beristirahat dan sekedar berfoto-foto. [caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Teras Mall Living World /dok. pribadi"][/caption] Hal yang pertama yang membuat TP XXI berbeda adalah loketnya tersendiri, tidak disatukan dengan loket tiket lainnya. Apalagi disitu tersedia tempat duduk. Jadi ketika memesan tiket, bisa sambil duduk. Berbeda dengan loket biasa yang harus berdiri dan antri. Sayangnya karena bioskop TP XII hanya satu, jadi hanya satu film itulah yang bisa ditonton. Artinya kita tidak bisa memilih film lain, layaknya di loket biasa yang dengan mudah memilih film mana yang akan kita tonton. Saat itu kebetulan film yang ditayangkan adalah The Cold Life Of Day. Film tersebut dibintangi oleh Bruce Wilis dan Henry Cavil. Hal kedua adalah tampilan tiket premium. Tiketnya sangat cantik dengan tempat tiket berwarna silver biru donker. Ketika pertama kali menerima tiket tersebut saya jadi teringat ketika menerima kunci di hotel bintang lima yang berbentuk kartu. Biasanya kartu itu diselipkan di tempat yang sama seperti ketika saya menerima tiket TP XII. Tibalah saatnya pintu bioskop di buka. Ketika masuk ternyata sudah banyak orang yang duduk di kursinya masing-masing. Bioskop TP XXI memang terbatas. Hanya sekitar 40 kursi yang disediakan. Karena kursinya menggunakan kursi khusus yang konon katanya bisa sambil selonjoran atau tidur-tiduran. Ketika sampai di tempat duduk yang ditentukan saya melihat-lihat kursi yang akan saya duduki. Wah tenyata kursinya berbalut kulit. Full leather. Kesan premium ketiga inilah yang benar-benar membuat saya mendapatkan pengalaman nonton yang berbeda. Tidak perlu berdesakan dan benar-benar terasa nyaman. Akhirnya saya duduk di kursi tersebut. Tapi saya bingung, bagaimana caranya agar kursi itu bisa di senderkan? Karena saya melihat hampir di sekeliling saya posisi kursi sudah berubah semua. Semua orang bersender dan hampir seperti tiduran di sebuah sofa yang mahal. Terus terang saat itu saya dan istri saya benar-benar tidak tahu bagaimana caranya membuat kursi itu bisa disandarkan. Kemudian saya mencari-cari tuas di bagian terluar kursi, barang kali tuasnya sama dengan tuas yang berada di kursi mobil. Sementara saya sibuk mencari tuas, saya minta istri saya memperhatikan orang lain. Siapa tahu ada orang lain yang baru datang dan bisa kita tiru ketika mereka mengoperasikan kursi tersebut. Sayangnya saya tidak menemukan tuas apapun meski saya sudah berkeliling sampai ke bagian belakang kursi tersebut. Saya benar-benar kikuk dibuatnya. Belum selesai permasalahan itu, tiba-tiba lampu bioskop mulai dipadamkan. "Walah cilaka dua belas kalau kayak gini. Ini sama aja bakalannya dengan nonton di bisokop biasa." batin saya. Mau nanya sebelah malu, takut di kira ndeso (emang ndeso hehehe). Mau manggil petugas gak mungkin, soalnya jauh banget. Saya duduk di kursi paling atas sebelah kiri layar. Sementara petugas standby dibawah semua. Mencoba bersikap tenang kemudian saya meminta istri saya duduk dahulu. Siapa tahu nanti ada petugas yang berkeliling bisa di tanyai bagaimana cara mengoperasikan kursi mahal tersebut. Eh ternyata tuas itu ada di sebelah kanan kursi bagian dalam. Menyempil. Dalam kondisi redup tuas itu tidak terlihat dengan jelas. Sementara film sudah dimulai saya mulai mengatur posisi kursi. Karena pertama kali menggunakan kursi elektrik tersebut saya jadi main-mainan kursi. Naik-turun-naik-turun gak ada habis-habisnya. Saya baru berhenti ketika bingung mencari selimut. "Lah orang lain udah pada selimutan lalu selimut kita dimana ya?" Tanyaku pada istriku. Istriku juga hanya menggeleng. Bingung lagi saya cari-cari dimana kira-kira selimut itu disimpan. Haduuhhhh ini kok ndesonya malah keterusan sih? pikir saya. Saya pikir saya harus meminta selimut layaknya ketika di kerata api. Jika naik kereta api kelas bisnis, biasanya selimut akan di jajakan. Kita harus mengeluarkan sejumlah uang sebagai ongkos sewa. Ternyata oh ternyata setelah beberapa saat mencari, selimut itu ada di laci bagian tengah kursi yang memisahkan antara kursi saya dan kursi istri saya. Ah akhirnya semua bisa terkendali dengan aman. Saya dan istri sangat menikmati film yang kurang lebih hanya berdurasi sekirat 90 menit saja. Rasanya terlalu cepat merasakan kemewahan kursi elektrik. Itulah manusia, sudah duduk di kursi empuk lupa berdiri bahkan minta tambah lagi hehehehe. Sambil berbincang-bincang kami menuju tempat parkir motor. Kami berbincang tentang pengalaman pertama kami nonton di bioskop yang cukup mewah bagi kantong kami. Weekdays harganya sekitar 50.000 rupiah, sedangkan pada hari Sabtu harganya 75.000 rupiah. Paling mahal adalah hari Ahad 100.000 rupiah. Alhamdulillah beruntung sekali saya dapat tiket nonton gratis dari forum.kompas.com Ketika tiba di tempat parkir istri saya bertanya "Tiket bioskopnya dimana?" "Lah aku gak tau, bukannya tadi aku simpen di meja yang ada di tengah-tengah kita itu?" "Lah mana aku tau? Ambil lagi gih sana!" Pinta istriku sambil melotot "Ihh malay banget balik lagi cuma ngambil tiket doang, malu dong. Apa kata petugas bioskop nanti?" Ternyata istri ku tak rela tiketnya ketinggalan. Selain ingin dijadikan koleksi juga tiket itu memiliki nilai historis karena itulah tiket pertama kami nonton di TP XXI. "Ya sudahlah barangkali itu bukan rezeki kita" kataku sambil merayu istriku atas kealpaanku meninggalkan tiket itu. Yah semoga ada tiket gratis lainnya di kesempatan waktu yang lain pula. Nah itulah pengalaman orang kampung yang baru pertama kalinya nonton di bioskop mewah. Follow @gurubimbel di twitter. Like and Share/Broadcast inspiring story on Ramadhan 1433H http://forum.kompas.com/cerita-unik-ramadhan/145967-%5Bcur%5D-ujian-puasa-yang-sesungguhnya-sebuah-pengalaman-spiritual-%40harrismaul.html

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun