Mohon tunggu...
Figo PAROJI
Figo PAROJI Mohon Tunggu... Buruh - Lahir di Malang 21 Juni ...... Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali ke Tanah Air tercinta.

Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali menetap di Tanah Air tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isbedy Stiawan, Paus Sastra Lampung yang Tak Pernah Datang ke TPS ketika Pemilu

14 Januari 2019   21:40 Diperbarui: 14 Januari 2019   22:00 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isbedy Stiawan // foto: Lampungpro

Isbedy Stiawan ZS dikenal sebagai sosok pengayom dan telah menjadi ikon sastra di Lampung. Pria kelahiran Tanjungkarang, Bandar Lampung, 5 Juni 1958  tersebut menjadi lokomotif  dan menjadi tokoh penginspirasi bagi para penyair muda di Lampung untuk menciptakan karya-karya kreatif.  Kritikus sastra H.B. Jassin pernah menjuluki Isbedy sebagai  'Paus Sastra Lampung'.

Di kalangan seniman  Lampung, Isbedy  terkenal sebagai seorang yang kritis dan keras pendirian. Tidak segan-segan Isbedy akan mengkritik habis kebijakan walikota atau gubernur yang dianggapnya bertentangan dengan kepentingan rakyat banyak.

Bahkan, ada sesuatu yang unik pada diri Isbedy dalam hal pandangan politik. Sepanjang hidupnya, ia belum pernah sekalipun datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.

"Alasan yang prinsip sih soal hati dan itu hanya saya yang tahu. Yang utama ya soal sistem, sudah gonta-ganti pemimpin tetap tak berubah," katanya.

Itulah makanya, pada tahun 1989, Isbedy memutuskan untuk berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain karena lebih mencintai sastra, ia berhenti sebagai PNS karena tidak mau menunduk ketika menghadap atasan dan tidak mau menurut kata atasan untuk  pilih ini atau itu pada pemilu.

Isbedy lebih memilih mengabdikan hidupnya untuk sastra. Sepanjang karirnya, ia telah menciptakan ratusan puisi dan cerpen. Selain dipublikasikan di hampir semua media cetak di Indonesia, puisi dan cerpen Isbedy diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan puisi dan buku kumpulan cerpen.

Lebih dari separuh hidupnya ia abdikan untuk sastra Lampung. Di usianya yang sudah menginjak 61 tahun, ia masih tetap semangat menularkan literasi sastra di kalangan anak muda di Lampung dengan mendirikan 'Lamban Sastra Isbedy Stiawan'.

"Saya bersastra sudah 41 tahun. Cerpen pertama saya dimuat Swadesi, mingguan terbitan Jakarta pada tahun 1979, tapi sudah mulai berpuisi di RRI Tanjungkarang tahun 1976-an. Lebih dari separuh  hidup saya untuk sastra dan Lampung," ujarnya.

Namun, Isbedy merasa perhatian dan kepedulian Pemprov Lampung terhadap sastra dan sastrawan seperti dirinya masih kurang serius.

"Secara pribadi, beberapa pejabat seperti Wagub Lampung Bachtiar Basri amat mendukung dan mengapresiasi saya sebagai sastrawan. Wagub menyebut saya Pejuang Sastra. Tetapi, atas nama Pemprov, mendukung pribadi saya belum serius," katanya.

Isbedy mengaku belum pernah dianugerahi apa pun setiap HUT Lampung dan belum pernah diundang khusus baca puisi atas nama program Taman Budaya Lampung di Taman Budaya Lampung. Padahal, di berbagai daerah dan berbagai negara ia sering diundang untuk baca puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun