Pendidikan di Indonesia lebih memfokuskan pada nilai akhir siswa di akhir tahun ajaran. Tak jarang beberapa sekolah menerapkan sistem peringkat guna mencari siswa yang paling unggul di kelas. Lalu menerapkan sistem peringkat di kelas merupakan dukungan atau justru ancaman?
Demi mendapatkan nilai yang bagus, siswa berani melakukan hal-hal yang mungkin dapat dikatakan sebagai tindakan kriminal dalam suatu lembaga pendidikan. Yah, contek-mencontek. Mengapa hal tersebut sering terjadi dan sangat sulit untuk dihentikan?Pendidikan Indonesia yang masih menitik-beratkan pada penilaian akademis siswa di akhir tahun ajaranlah yang menjadi penyebab utamanya. Itulah mengapa di setiap  kali dilaksanakan ujian selalu kita jumpai peristiwa contek-mencontek, baik siswa yang membawa contekan berupa kertas kecil berupa catatan atau sekedar bertanya jawaban kepada teman. Tragis memang, yah itulah yang sering terjadi selama ini. Demi naik kelas, semua akan dilakukan siswa. Meskipun tindakan itu jelas-jelas berupa larangan. Moral dan karakter kejujuran yang selama ini ditanamkan pada diri siswa seakan ternodai dengan tindakan yang kurang baik tersebut.
Nilai-nilai moral yang akan membentuk kepribadian siswa lahan-perlahan akan luntur. Benteng yang selama ini dibangun kuat-kuat bisa seketika saja runtuh dengan dilakukannya kegiatan contek-mencontek. Pendidikan karakter, penanaman nilai-nilai islami pun bisa ternodai dengan adanya sistem seperti ini. Sikap jujur yang dimiliki siswa bisa hilang karena tindakan yang kurang patut dilakukan hanya demi mendapatkan nilai bagus dan peringkat yang tinggi.Â
Lebih dari itu, siswa yang mendapatkan nilai buruk akan mengalami mental yang lemah untuk terus bersaing karena yang menjadi tolak ukur hanyalah nilai mata pelajaran. Lalu bagaimana dengan siswa yang lemah menerima pelajaran atau materi baru? Kecepatan siswa dalam memahami materi pun berbeda-beda. Maka dari itu, dibuatnya sistem pengelompokan kelas siswa berdasarkan kemampuan siswa.
 Apakah hal demikian termasuk dalam tindakan diskriminasi? Tidak menurut saya, akan lebih disayangkan lagi jika tidak ada pengelompokan kelas. Karena jika antara siswa yang dapat dikatakan cepat menerima materi dengan siswa yang cukup lama memahami materi itu digabungkan akan terjadi ketidak-seimbangan di dalam kelas tersebut. Jika guru yang mengajar mengikuti kecepatan belajar siswa yang cepat menerima materi, siswa yang lain akan tertinggal jauh. Begitu pun sebaliknya, jika guru mengikuti kecepatan siswa yang cukup lama memahami materi akan berdampak kurang baik dengan siswa lainnya dan materi pun terkesan lamban dan membosankan.
Menerapkan sistem peringkat di kelas bisa menjadi ancaman dan juga bisa menjadi dukungan bagi siswa. Ancamannya ialah nilai-nilai moral yang selama ini ditanamkan dan ditancapkan kuat-kuat pada siswa akan bisa cepat hilang. Itulah yang menjadi penyebab pentingnya pendidikan karakter bagi siswa. Menjadi dukungan, dengan adanya sistem peringkat di kelas siswa semakin termotivasi untuk lebih semangat dan giat lagi dalam belajar. Utamanya berkompetisi sehat di bidang akademis. Ditambah lagi, pemberian piagam penghargaan akan meningkatkan minat siswa untuk lebih dan lebih lagi dalam belajar.
Cukup sekian. Terima kasih. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.