Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Laku Arteria Dahlan, Apakah Gambaran Sikap PDIP?

10 Oktober 2019   10:55 Diperbarui: 10 Oktober 2019   11:19 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejaring sosial ramai dengan celotehan para warga net terkait acara talkshow Mata Najwa, yang menampilan beberapa pembicara untuk menggawangi topik dengan judul "Ragu-Ragu Perppu" 

Yang jadi rame bukan topiknya, karena topik masalah Perppu KPK ini nyaris tiap hari dibahas, tapi laku salah satu pihak yang terlibat dalam talkshow tersebut. Salah satu pihak itu ya nara sumbernya, yakni Arteria Dahlan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari partai pemenang Pemilu 2019, PDIP. Ia kemudian karena lakunya dalam perdebatan tersebut dinobatkan sebagai tokoh antagonisnya. 

Dan Prof Emil Salim salah satu sesepuh Republik ini yang sangat dihormati menjadi tokoh protagonisnya. Keduanya ada dalam posisi berseberangan dalam urusan Pro dan Kontra penerbitan Perppu KPK oleh Presiden Jokowi.

Arteria Dahlan dalam talkshow yang kemudian menjadi ajang perdebatan terlihat begitu emosional dan seperti mengabaikan adab dan sopan santun dalam berdebat. 

Mungkin secara substansi ia tak bisa disalahkan karena memang itu kan sedari awal merupakan stand pointnya dia dan PDIP, bahwa UU KPK harus direvisi. Wajar saja kalau ia mempertahankan mati-matian sikap partainya tersebut.

Namun yang membuat marah warganet ialah attitude dia dalam berdebat apalagi sikap yang ditunjukan kepada Prof Emil Salim yang usianya jauh di atasnya,  ia menunjuk-nunjuk seraya berujar apa yang dikatakan Emil Salim tersebut "sesat".

Selain itu ia terus menerus memotong kalimat lawan bicaranya dengan bahasa-bahasa arogan, karena ia merasa sebagai anggota DPR. Luar biasa memang anggota komisi III DPR dari Fraksi PDIP ini.

Siapapun yang menyaksikan laku Arteria ketika berdebat dalam acara Mata Najwa semalam, akan sepakat bahwa tindakannya nir keadaban. Sempat pula ia menuduh bahwa salah satu lawan bicaranya, dosen Universitas Andalas, Fery Amsari dibayar KPK, karena ia terlihat begitu gigih membela KPK.

Untuk urusan pro-kontra revisi UU KPK kemudian ketika setelah disahkan beralih menjadi pro-kontra penerbitan Perppu KPK oleh Presiden Jokowi, PDIP berada di garda terdepan pro revisi UU KPK dan Kontra penerbitan Perppu KPK.

Seolah mereka menafikan suara-suara rakyat yang ada diseberangnya. Tak hanya Arteria yang bersuara amat kencang terkait hal ini, Masinton Pasaribu pun demikian, Hendrawan Suprayitno pun setali tiga uang.

Mereka kelihatannya yang dijadikan bumper oleh PDIP dalam menyikapi dan membela pendirian mereka, padahal sebagian besar rakyat mendukung penerbitan Perppu KPK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun