Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menyambungkan Kembali yang Pernah Terputus

24 April 2019   17:22 Diperbarui: 24 April 2019   17:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

memulihkan hubungan baik  seperti semula?

Menyambungkan kembali tali persaudaraan/pertemanan yang pernah terputus?

publishersweekly.com
publishersweekly.com
Tapi apa mungkin hewan seperti anak katak dan kelelawar bisa melakukan rekonsiliasi? 

istilah rekonsiliasi aja mungkin ga pernah tahu. Yang kita tahu itu cuma berkelahi dan saling mangsa.

Sepertinya kedua  kubu  terjerat dalam perkelahian oposisi biner yang memang sangat sulit  untuk melakukan rekonsiliasi. Kita  seperti mampet ketika diharuskan saling menghormati satu kubu dengan yang lain, apalagi untuk menjalin hubungan baik. Sebab, sekali lagi, kita tak pernah berpegang pada argumen, melainkan sentimen. Maka, jangan heran bila ada seseorang yang  melempar fitnah kepada personalnya langsung. Kita semua hanya menjadi korban ego dari diri kita masing-masing. Terperangkap dalam kebenaran yang kita percayai sendiri. 

Saya mencoba mencari tahu apakah hewan punya budaya rekonsiliasi, dan ternyata ada juga hewan yang  memiliki budaya rekonsiliasi paling tidak itu lah yang diyakini oleh seorang Profesor Primate Behaviour asal Emory University di Atlanta  Georgia, Frans De Waal dalam bukunya yang ditulis berdasarkan hasil penelitiannya terhadap kehidupan simpanse dengan judul Good Natured, The Origins of Right and Wrong in Humans and Other Animals.

Dalam bukunya, Frans menyangkal pendapat umum yang seringkali menyebut hewan itu sifatnya egois dan punya motif kejam. Karena dua sifat ini, mereka selalu dianggap rajin berkelahi dan memangsa siapa pun. Tapi, Frans justru menemukan fakta sebaliknya saat mengamati perilaku para simpanse. "Setelah berkelahi, para simpanse itu memulihkan hubungan baik mereka dengan kontak dari mulut ke mulut," tulis Frans.

Sungguh, fakta ini membuat saya agak kaget sekaligus malu. Ternyata, moralitas para hewan ini terkadang memang mengungguli moralitas kita sebagai manusia. Di saat ada para manusia yang masih terbebani  rekonsiliasi politik pascapemilu, ada para hewan yang tak sungkan untuk cipika-cipiki setelah bertengkar.

Semestinya kita malu dan belajar dari fakta bahwa hewan pun mengenal rekonsiliasi. Tak ada salahnya pula mencairkan batu dendam yang bertahun-tahun mengendap karena idola yang kita bela itu. Percuma pula berlarat-larat membuat argumen yang dibumbui data dan intelektualitas jika niatnya cumauntuk  menjatuhkan kubu lain.

Lakukanlah rekonsiliasi sesegera mungkin,  dimulai dengan langkah paling minimal. Minimal tidak saling memaki atau menebarkan fitnah kepada kubu yang berseberangan. Percayalah, bahwa sama sekali tak ada secuil hikmah pun dalam sebuah permusuhan. Seperti kata pepatah lama, "Kalah jadi abu, menang jadi arang." Jadi, sudahlah jangan lagi bermusuhan .Mari kita bersama membangun Indonesia  Mari kita bersatu Kembali.  Mari kita . merajut kembali menyambungkan kembali tali silaturahmi yang pernah terputus  bagi Indonesia. 

Apa kita tak malu kepada para simpanse yang mengenal rekonsiliasi itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun