Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Bulu Tubuh dan Mitos Seksual, Melawan Standar Kecantikan Semu

4 Oktober 2025   14:29 Diperbarui: 4 Oktober 2025   16:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuantitas bulu ini akan terus bertambah dan mencapai puncaknya hingga perempuan mencapai tahap menopause (usia 45 hingga 55 tahun), sebelum akhirnya menurun setelah periode tersebut. 

Dengan demikian, pertumbuhan bulu tubuh bukan hanya natural, tetapi juga merupakan indikator jelas dari kedewasaan dan kematangan seksual perempuan.

Lantas sejak kapan stigma buruk terhadap bulu tubuh pada perempuan ini bermula?

Sejarah Komodifikasi dan Pembentukan Norma

Keyakinan bahwa bulu pada tubuh perempuan harus dihilangkan telah berakar sejak praktik hair removal di peradaban kuno. 

Namun, intensitasnya di budaya Barat modern dimulai ketika industri kecantikan secara eksplisit menargetkan perempuan.

Pada tahun 1915, perusahaan Gillette merilis alat cukur khusus perempuan (Milady Dcollet), secara eksplisit menyatakan bahwa perempuan harus bercukur demi kecantikan dan daya tarik. 

Langkah ini mengubah bulu tubuh dari masalah pribadi menjadi objek ekonomi. Sejak saat itu, industri (dari alat cukur, waxing, hingga laser) terus mengalirkan narasi yang memandang perempuan sebagai "objek ekonomi" yang harus berdandan dan membersihkan bulu agar "nampak cantik."

Kontrasnya terlihat jelas pada laki-laki, yang diekspektasikan memiliki bulu (jenggot, dada, dll.) karena bulu tubuh mereka dikaitkan dengan maskulinitas, dominasi, dan kematangan seksual, semuanya konotasi positif.

Menurut "The Last Taboo: Women and Body Hair," karya Lesnik-Oberstein, double standard ini menunjukkan betapa bulu tubuh perempuan telah menjadi tabu yang dikontrol oleh aturan-aturan sosial.

Mitos Seksual Berkaitan Dengan Bulu Tubuh

Selain itu, ada satu mitos lain yang menarik dan menuai begitu banyak misinterpretasi, yakni narasi yang menghubungkan bulu tubuh dengan hasrat seksual seorang perempuan.

Mitos yang beredar luas menyebutkan bahwa "perempuan berbulu libidonya tinggi" adalah penyederhanaan yang keliru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun