Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isu LGBTQ, Tak Setuju atau Tak Membenarkan Bukan Berarti Membenci

4 Desember 2022   15:53 Diperbarui: 4 Desember 2022   16:17 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berlangganan aplikasi video streaming Netflix misalnya kita akan dengan mudah mendapati adegan-adegan terkait LGBTQ, baik berupa adegan panas yang mempertontonkan hubungan antar sesama jenis atau dalam bentuk dialog yang seolah ingin menunjukan bahwa jenis hubungan seperti itu adalah sesuatu yang lazim saja seperti halnya hubungan straight atau heteroseksual, antar lawan jenis.

Let alone, jika film tersebut ditujukan bagi orang dewasa yang sudah memiliki kapabilitas logis sesuai keyakinannya terhadap orientasi seksual tertentu dengan mempertimbangkan semua aspek.

Namun, bagimana ceritanya jika yang disasar adalah anak-anak, dari usia balita hingga menjelang remaja lewat bungkus film-film bergenre animasi atau kartun.

Seolah mereka ingin menanamkan pikiran bahwa LGBTQ itu adalah sesuatu yang wajar saja sejak sangat dini.

Saya sepakat dengan thread yang ditulis akun Twitter @Ndrewstjan, terkait kampanye LGBTQ terhadap anak kecil melalui film-film animasi buatan berbagai studio film besar termasuk Disney.

Tak perlu lah propaganda yang memperlihatkan kepada anak kecil bahwa LGBTQ itu biasa saja dan oke-oke saja dilakukan.

Boleh saja pria  menikah dengan pria, atau perempuan menikah dengan perempuan.

Dalam utas lanjutannya, Andrew membayangkan bagaimana sikap orang tua ketika harus menghadapi situasi pelik, saat anak laki-lakinya yang masih sangat kecil bertanya  "itu kok laki-laki cium laki-laki" atau anak perempuannya bertanya  "aku melihat perempuan menikah dengan perempuan, emang boleh yah?"

Pertanyaan itu yang sangat mungkin keluar dari mulut kecil mereka, ketika mereka menonton film anak dengan disusupi propaganda LGBTQ 

Agar dianggap open minded seperti diksi yang mereka kampanyekan, harapan mereka orang tua akan menjawab "iya gapapa kok, boleh-boleh saja"

Mungkin jika yang diharapkan adalah agar sang anak bisa diperkenalkan untuk menghargai LGBTQ sebagai bagian dari human being masih bisa diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun