Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gas Air Mata Bukan Penyebab Langsung Kematian Korban dalam Tragedi Kanjuruhan?

6 Oktober 2022   15:46 Diperbarui: 6 Oktober 2022   15:48 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persis seperti ciri khas kematian akibat situasi stempede.Hal serupa pun ditemukan pada para korban stempede di Ghana Football Stadium tahun 2001, yang korbannya tercatat 126 jiwa.

Kemudian tahun-tahun sebelumnya, tragedi Heysel yang menelan 39 nyawa, dan Hillsborough dengan korban jiwa 96 orang.

Jadi yang menjadi penyebab langsung kematian para korban tragedi Kanjuruhan bukan gas air mata, tetapi desak-desakan yang menimbulkan fatalitas akibat situasi "stempede"

Menurut artikel yang ditulis oleh Ma'rufin Sudibyo seorang scientiest yang juga merupakan Komite Tanggap Bencana Kabupaten Kebumen dalam blognya Ekliptika.Wordpress.com bertajuk "Desak-Desakan dan Tekanannya, Tinjauan Fisika"

Stempede alias desak-desakan manusia adalah situasi yang sangat horror. Selain dalam event olahraga seperti menonton sepakbola, situasi stempede yang paling mengerikan dan menimbulkan korban jiwa sangat masif adalah dalam acara keagamaan.

Tentunya kita mash ingat, pada tahun 2015 lalu terjadi insiden terowongan Mina saat itu tak kurang dari 2.400 jamaah haji meninggal dunia karena berdesak-desakan.

Menurutnya, secara fisika kerumunan manusia dalam jumlah 7 orang per meter persegi akan bersifat fluida, setiap gerakannya sepenuhnya dilakukan dengan basis perilaku kawanan. Jadi tak ada lagi gerak bebas manusia sebagai individu dalam situasi seperti itu.

Dengan konteks tragedi Kanjuruhan, karena rasa panik akibat asap gas air mata dan bunyi ledakannya yang cukup kencang membuat kondisi kerumunan semakin padat apalagi dorongan pasti akan bertambah kencang akibat kepanikan tadi, alhasil tekanan molekul pun semakin meningkat.

Dalam situasi seperti ini, desak-desakan pasti akan berujung human crush yang tekanan horizontalnya bisa mencapai 20 ton per m2.

Dengan tekanan sekuat itu, paru-paru orang yang terjebak dalam kerumunan itu tak bisa lagi mengembang untuk menyedot udara. Akibatnya oksigen tak bisa tersedot, dan karbondioksida terjebak di dalam paru-paru tak bisa dikeluarkan, akibatnya orang-orang akan mulai lemas dan pingsan untuk selanjutnya kehilangan nyawanya,

Oleh sebab itu, menurutnya salah satu ciri khas orang yang meninggal karena desak-desakan adalah warna gelap keunguan di beberapa bagian tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun