Apabila mereka jadi berkoalisi, mengacu pada hasil Pemilu 2019 maka gabungan suara Nasdem PKS, dan Partai Demokrat akan menjadi sebesar 25,03 persen.
Angka yang cukup untuk mengusung capres melewati ambang batas pencalonan presiden untuk pilpres 2024 kelak.
Persoalannya, koalisi antar ketiga partai politik tersebut belum terbentuk, karena menurut sejumlah sumber masih ada tarik menarik kepentingan antar ketiganya.
Mereka masih mencari formula kesepahaman dalam berbagai cara pandang. Menurut Nasdem ada beberapa hal yang membuat mereka belum memastikan terbentuknya koalisi tersebut.
"Banyak faktor. Ada faktor capres, ada faktor cawapres, ada faktor platform, ada faktor momentum, ada banyak faktor ini kemudian terus dimatangkan," kata Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya, seperti dilansir Kompas.com.Pekan lalu.
Dengan ditetapkannya Anies Baswedan sebagai capres dari Nasdem, dan PKS pun sudah sejak lama berniat mengusung Anies sebagai jagoannya dalam Pilpres 2024, besar kemungkinan koalisi antar kedua partai tersebut bakal terjadi.
Tinggal Demokrat yang kelihatannya masih maju mundur lantaran ingin memastikan bahwa ambisi Ketua Umumnya Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) paling tidak menjadi calon wakil presiden dalam Pemilu 2024 bisa diakomodasi oleh bakal koalisi tersebut.
Untuk posisi pasangan Anies Baswedan sebagai cawapres seperti diungkapkan oleh Surya Paloh bakal ditentukan bersama dengan Anies.
Karena politik di Indonesia ini lebih cenderung transaksional, siapa mendapat apa. Kelihatannya PKS juga ingin cawe-cawe mencalonkan kadernya sebagai cawapres.
Ini lah mungkin yang menjadi halangan koalisi antar ketiga partai ini belum jua diresmikan. Kesepahaman terkait hal tersebut yang mungkin masih dibahas antar ketiganya.
Yang jelas Demokrat sepertinya tak mau mundur untuk mencalonkan AHY sebagai pendamping Anies.