Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menelisik Siapa dan Mengapa Adegan Kekerasan dan Ketakutan Begitu Dinikmati Banyak Orang?

25 September 2022   14:10 Diperbarui: 25 September 2022   14:35 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua besar box office film Indonesia 2022 di dominasi film beradegan kekerasan dan horor yang mencekam yakni "KKN di Desa Penari" dengan 9 juta lebih penonton dan "Pengabdi Setan Jilid 2" dengan 6 juta lebih penonton.

Di tingkat global, Squid Games serial  yang dirilis oleh situs film streaming berbayar Netflix menjadi film seri yang paling banyak ditonton di dunia.

Melansir laporan CNET tentang 10 besar serial Netflix paling populer, film penuh darah dan kekerasan produksi sineas Korea Selatan ini menempati urutan teratas. Serial tersebut  telah ditonton selama 1,65 milyar jam. 

Selain Squid Games, serial Netflix penuh kekerasan lain seperti Money Heist season 4 masuk ke dalam salah satu serial paling popoler.

Serial produksi Spanyol tersebut telah ditonton selama 619 juta jam dan berada di urutan keempat serial terpopuler.

Selanjutnya, ada pula serial The Witcher season 1 dan 2 yang juga sarat dengan adegan kekerasan, tak kurang dari 1,12 milyar jam diluangkan masyarakat dunia untuk menonton film seri ini.

Sekarang kita beralih ke HBO, salah satu Serial paling populer sepanjang masa yang mereka produksi adalah Games of Throne (GoT)

Serial ini banyak sekali menampilkan adegan sadis, kekerasan dan sangat berdarah-darah, meskipun demikian jumlah penonton film seri ini luar biasa besar.

Sejak pertama kali dirilis pada tahun 2011, serial yang dianggap berpengaruh ini telah ditayangkan di 150 negara, sehingga menurut kantor berita Reuters untuk menghitung jumlah pasti penontonnya  agak sulit, yang pasti jumlahnya sangat masif.

Untuk season 8 saja yang dirilis tahun 2019, di wilayah Amerika Serikat saja, Games of Throne ditonton oleh 17,4 juta orang. Bahkan di media sosial Twitter GoT menguasai trending topic dunia saat season 8 pertama ditayangkan.

Lebih lanjut lagi, menurut sebuah studi seperti yang saya kutip dari The Conversation, film-film yang karakter utamanya melakukan adegan kekerasan bergenre horor, thriller, dan action menguasai 90 persen film berpendapatan tertinggi di dunia.

Mundur lagi lebih ke belakang, di masa film-film Quentin Tarantino menguasai jagat layar lebar yang penuh adegan kekerasan pun, banyak sekali ditonton oleh masyarakat dunia.

Di masa lebih kuno lagi,warga Romawi berbondong-bondong menyaksikan pembantaian di Colosseum. Beberapa abad kemudian eksekusi hukuman mati yang dilangsungkan di hadapam publik menjadi tontonan box office.

Dengan fakta-fakta tersebut, berarti pada dasarnya manusia gemar menyaksikan adegan kekerasan terlepas itu artificial lewat adegan dalam film maupun secara langsung.

Padahal, pembahasan mengenai dampak buruk atas kekerasan yang dimunculkan dalam film telah dipelajari secara luas.

Dan menghasilkan konsensus, bahwa tontonan penuh adegan kekerasan apalagi sadis berdarah-darah berdampak negatif.

Namun, mengapa tetap saja manusia gemar menonton dan menyaksikan adegan kekerasan, kematian, dan darah?

Sejumlah penelitian menelisik siapa saja manusia yang cenderung menyukai adegan kekerasan yang ditampilkan melalui media.

Salah satunya, adalah kaum pria atau sebagian kecil wanita yang agresif dan memiliki sedikit empati. Golongan ini disebut cenderung dapat menikmati adegan kekerasan.

Selain itu, ada juga ciri-ciri kepribadian yang cenderung menyukai kekerasan. Seseorang dengan kepribadian ekstrovert yang lebih terbuka terhadap pengalaman estetik juga lebih menyukai menonton adegan kekerasan dalam film.

Sebaliknya, seseorang yang memiliki empati dan keramahan yang tinggi, serta rendah hati cenderung tidak menyukai tontonan penuh kekerasan.

Dalam penelitian terbaru, yang mempelajari tentang film horor penuh kekerasan, menunjukan kemungkinan 3 kategori orang yang menikmati tontonan penuh adegan kekerasan, yalni:

Para "pecandu adrenalin" kelompok ini merupakan pencari sensasi yang mengingkan pengalaman baru yang intens. Dan mereka ini mendapatkan kepuasan secara psikologis dari menonton kekerasan. 

Sebagian dari pecandu adrenalin ini bisa lebih parah lantaran mereka menyukai saat melihat orang menderita 

Kelompok lain, adalah mereka yang disebut sebagai White Knucklers. Mereka ini meng-absrop adegan kekerasan dan rasa ketakutan saat menonton film horor untuk dapat merasakan emosi yang kuat.

Padahal mereka sebenarnya tak menyukai emosi tersebut. Tetapi mereka bisa mentoleransi rasa ketidaksukaan tersebut karena dapat membantu mereka belajar sesuatu tentang bertahan hidup.

Sensasi ini biasanya disebut masokisme jinak, kenikmatan akibat pengalaman menyakitkan dan tidak menyenangkan tetapi masih dalam batas aman.

Dan kelompok terakhir penyuka adegan kekerasan dan sensasi dalam menyaksikan film horor adalah mereka yang disebut Dark Copers.

Mereka merupakan kelompok yang menyukai dan menikmati sensasi dari menonton adegan kekerasan dan menakutkan, sekaligus mengambil "hikmah" dari adegan kekerasan dan menakutkan itu.

Hikmah disini bisa diartikan dengan mempelajari adegan kekerasan tersebut dalam konotasi positif maupun negatif.

Bisa jadi menyaksikan adegan kekerasan dari sofa yang nyaman sebagai bagian dari persiapan diri untuk menghadapi dunia nyata yang tak kalah menakutkan juga, penuh kekerasan dan bahaya.

Namun, yang terpenting ketika kita menyaksikan adegan kekerasan atau adegan menakutkan dalam rangkaian cerita sebuah film, kita harus menyadari bahwa adegan kekerasan dalam film itu hanyalah akting para pemerannya yang sepenuhnya berupa kepura-puraan yang telah terskenario, dan tak perlu dimanifestasikan di dunia nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun