politik nasional menuju Pemilu 2024 terus beriak semakin berwarna. Berbagai jurus dan strategi mulai dijalankan oleh masing-masing partai politik (parpol).
PanggungMereka mulai mematut-matutkan diri untuk bisa bersanding satu sama lain menjadi sebuah koalisi, laksana pemuda pemudi yang tengah memasuki masa puber.
Saling tandang untuk menyamakan persepsi antar parpol menjadi pemandangan sehari-hari belakangan ini.
Sebagian partai terlihat sudah menemukan pasangannya, sebagian lain masih menelisik kecocokan diantara mereka.
Sebenarnya, tak butuh waktu terlalu lama bagi parpol untuk mencocokan diri satu dan yang lainnya karena secara ideologi kepartaian, semua parpol yang ada di Indonesia relatif seragam.
Ideologi parpol ya nasionalis sekaligus relijius. Berbicara masalah program pun semuanya linier, satu sama lain hanya beda-beda tipis tak substansial.
Oleh sebab itu, memilih partai manapun dan siapapun pemenang pemilu, implementasi jargon-jargon kampanye mereka ditataran kebijakan ya begitu-begitu saja.
Meskipun ada yang berbeda tetapi itu tak lebih dari gaya mereka dalam men-deliver kebijakannya saja, secara substansi  program antar para pihak yang berkontestasi politik saling beririsan tebal, jadi di akar rumput terasanya sama saja.
Coba deh perhatikan, apa perbedaan yang paling dirasakan masyarakat dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya pasca reformasi yang sudah berganti 5 kali itu?
Hal itu bisa terjadi karena parpol tak memiliki jati diri yang tegas bisa dibedakan antar satu dan yang lainnya.
Bahkan banyak pandit politik yang sudah karatan malang melintang mengamati politik Indonesia pasca reformasi, kesulitan untuk menunjukan perbedaan ideologi dan kebijakan partai-partai yang ada di Indonesia.