Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Permainan Anak Tradisional, Filosofi dan Makna di Balik Kalimat "Hompimpa Alaihum Gambreng"

1 Juni 2022   11:56 Diperbarui: 10 Juni 2022   14:25 4116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan permainan tradisional yang masih benar-benar eksis dan dikenal oleh masyarakat mungkin jumlahnya tak lebih dari puluhan saja.

Beberapa contoh permainan anak yang masih dikenal dan sebagian di antaranya dimainkan antara lain:

Petak Umpet, Congklak, Bola Bekel, Ular Naga Panjang, Kelereng, Galasin, Lompat Tali, dan beberapa permainan lainnya.

Tergerusnya keberadaan permainan tersebut bisa terjadi karena 65 persen anak-anak saat ini sudah tidak lagi mengenal permainan tradisional.

Salah satu penyebabnya, karena dampak meluasnya penggunaan teknologi dalam permainan anak.

Padahal menurut Mohammad Zaini Alif Pendiri Komunitas Mainan Rakyat Hong sekaligus dikenal sebagai Bapak Permainan Anak Tradisional.

Permainan tradisional bukan hanya sekedar "permainan," dibaliknya mengandung filosofi yang mendalam. 

Congklak misalnya, permainan yang dilakukan oleh dua orang, dengan bidang permainan sebuah papan kayu atau plastik yang memiliki 14 lubang kecil saling berhadapan di sisi kiri dan kanan. Dan 2 lubang besar di ujung kedua sisi.

Di awal permainan masing-masing lubang biasanya diisi oleh 7 biji kerang, sedangkan 2 lubang besar dibiarkan kosong. Lubang besar tersebut dianggap sebagai gudang penyimpanan.

Salah satu hal yang bisa dipetik dari  permainan ini, adalah kita diajarkan agar memiliki perhitungan yang  tepat agar tak jatuh di lubang kosong, sehingga kesempatan menjalankan permainan jatuh ke tangan lawan kita.

Di akhirpermainan, pemain yang memiliki jumlah kerang terbanyak yang tersimpan dalam lubang besar, dianggap sebagai pemenang permainan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun