Tak heran hal ini membuat Ketua MPR Bambang Soesatyo berteriakÂ
"Mana suaranya para aktivis HAM dan aktivis perempuan? Kenapa ketika saudara sebangsanya di bunuh dan diperkosa secara brutal, mereka diam? Namun ketika aparat negara menumpas para pelaku (KKB di Papua), mereka teriak soal HAM?," ujar Bamsoet seperti dilansir Law-Justice.co
Saya sangat sepakat  dengan ungkapan Bamsoet ini, dalam saat bersamaan saya pun bingung ada apa dengan aktivis HAM tersebut.
Apakah memang benar sinyalemen sejumlah pihak yang menyebutkan bahwa para aktivis HAM akan keras berteriak apabila pihak donor yang membiayai operasionalnya terganggu kepentinganya?
Belum ada keterangan yang valid terkait hal ini, namun yang jelas polanya ya seperti itu jika menyangkut kondisi di Papua, jika yang menjadi korban pelaku atau simpatisan  KKB Papua akibat tindakan aparat keamanan suara mereka menggelegar bak petir menyambar, suara mereka bergaung hingga ke mancanegara.
Tetapi, jika yang menjadi pelaku KKB Papua dan korbannya masyarakat Papua atau aparat kemananan, tetiba lidah mereka menjadi kelu, senyap nyaris tak terdengar.
Bahkan mereka bisa membalikan situasi untuk kembali menyalahkan aparat keamanan dan pemerintah dengan dalih itu "merupakan ekses dari tindakan represif TNI dan Polri"
Atau dalam kasus di Tiwirok mereka berujar bahwa itu tindakan sporadis lantaran mereka dalam kondisi terdesak.
Padahal jika diamati secara seksama, tindakan penyerangan yang dilakukan oleh KKB Papua ini sebenarnya sangat sistematis.
KKB Papua selalu menyerang fasilitas-fasilitas umum dan kegiatan pembangunan yang tengah gencar dilaksanakan di Papua.
Masih ingat saat pembangunan jembatan di salah satu distrik di Papua, para pekerja kontruksinya di serang dan ditembaki hingga ada yang terluka dan terbunuh.