Demi sekedar memperoleh air bersih untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus saja harus antri lama, terkadang menjadi sumber keributan.
Untuk memperoleh air minum pun sangat sulit, mereka harus berebut air yang diantarkan ke setiap blok tahanan 2 kali sehari dengan jumlah yang terbatas.
Demikian pula dengan makanan"penjara", mungkin nasi jagung seperti lagu "Hidup di Bui" yang dinyanyikan oleh D'Lloyd sudah tak ada lagi, tetap nasi cadong yang  belum matang benar masih menjadi santapan warga binaan.
Lauknyanya pun ya gitu deh, tempe atau tahu direbus, sekali nya dapat daging, untuk mengigitnya pun harus seperti berantem, saking alotnya.
Ya wajar saja kualitasnya seperti itu wong anggarannya menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 64/PMK.02/2008 hanya Rp.15.000 per napi per hari, artinya sekali makan para napi tak boleh lebih dari 5.000 perak sudah termasuk nasi dan segala lauk pauknya.
Jauh bagai bumi dan langit, mungkin langitnya pun langit ke-7 dengan kondisi penjara di Norwegia yang memiliki kondisi lebih tinggi dari standar minimal PBB kondisi penjara  terbaru yang disebut "Mandela Rules"Â
Pemerintah Norwegia memiih untuk lebih memanusiakan narapidana karena memiliki keyakinan dengan itu akan menurunkan angka kejahatan, harapannya mereka tak akan kembali melakukan kejahatan.
Hal tersebut salah satunya dimanifestasikan, dengan memberikan fasilitas penjara yang cukup mencengangkan jika dibandingkan dengan penjara manapun apalagi penjara Indonesia.
Penjara itu bernama Penjara Halden letaknya 130 km di luar ibukota negara Oslo. Melansir BBC.Com Penjara Halden ini merupakan penjara dengan tingkat keamanan tinggi (High Security Prison) yang isinya para pembunuh,pelaku-pelaku kejahatan serius yang rata-rata memiliki hukuman tinggi.
Namun, jangan berharap melihat gulungan kawat berduri, atau pos-pos menara penjagaan yang berisi para sniper, disekitar kompleks Penjara Halden ini.
Dari luar, arsitektur Penjara Halden seperti hotel-hotel yang khas bersuasana Skandinavia dengan model minimalis.