Saya pikir tadinya itulah puncak penampilan Greysia/Apriyani yang selanjutnya akan menurun dan kesulitan menghadapi lawannya di perempat final, pasangan ganda putri China Du Yue/Li Yin Hui.
Faktanya, dalam pertandingan yang saya saksikan lewat stasiun televisi swasta, Greysia/Apriyani mampu mempertahankan penampilan cemerlangnya seperti saat menghadapi pasangan tuan rumah di babak penyisihan grup, bahkan lebih baik.
Mereka mampu bermain stabil sepanjang 100 menit, durasi pertandingan yang kedua pasangan harus lakoni di babak perempat final tersebut.
Greysia/Apriyani mampu menang dengan rubber game 21-15 20-22 21-17, dalam sebuah pertandingan yang sangat ketat.
Smash-smash Apriyani Rahayu menghujam tajam disudut-sudut lapangan Du/Li. Greysia Polli mampu mengatur ritme pertandingan dibarengi dengan penempatan-penempatan bola yang apik.
Kondisi ini didukung dengan fisik yang prima dan kepercayaan diri yang tinggi. Pertahanan Greysia/Apriyani sangat kokoh, dibaremgi kemampuan menyerang  sangat tajam mampu memporak porandakan pertahanan Du/Li.
Dengan kualitas seperti ini sepertinya Greysia Polli/Apriyani Rahayu layak untuk meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Apabila itu terjadi, bakal menjadi sejarah baru bagi perbulutangkisan Indonesia, sektor ganda putri Indonesia meraih medali emas pertamanya.
Tentunya kita mafhum, dalam satu dekade terakhir sektor ganda putri bulutangkis dunia dikuasai oleh China, dan beberapa terakhir ini oleh Jepang dengan selingan pasangan dari Korea Selatan.
Hanya Greysia/Apriyani ganda putri asal Indonesia yang mampu bersaing dengan ganda putri negara-negara tersebut.
Ganda putri Indonesia lain kualitasnya jauh dibawah Greysia/Apriyani, sehingga peringkatnya jauh dibawah mereka.