Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemenangan Biden, Tak Mengalahkan Trump dan Trumpisme

9 November 2020   09:56 Diperbarui: 9 November 2020   10:03 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menerima kekalahan bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang, apalagi bagi seorang Donald Trump Jr, yang nyaris sepanjang hidupnya tak pernah merasakannya.

Bagi sebagian besar rakyat Amerika Serikat dan dunia, pertarungan pemilihan presiden AS 2020 telah usai. Pasangan Joseph.R Biden Jr dan Kamala Harris kandidat presiden dari Partai Demokrat telah mendeklarasikan kemenangannya setelah raihan suara electoral college -nya telah mencapai 279 suara, sementara pasangan dari Partai Republik Donald Trump dan Mike Pence suaranya tak beranjak dari 214 suara.

Kekalahan ini tentu saja menghantam ego Trump dengan sangat keras, ia berulang kali menyatakan bahwa ia hanya kalah karena dicurangi. Makanya kemudian ia mengajukan gugatan ke pengadilan terkait hasil penghitungan suara tersebut.

Tapi pada saatnya, saya yakin semua akan bisa "menerima" fakta yang ada di depan mata, bahwa Trump memang kalah. Dan Presiden AS untuk periode 2020-2024 adalah Joe Biden.

Namun, kemenangan Biden dalam Pilpres AS 2020 ini tak akan mengalahkan Donald Trump dan Trumpisme nya. 

Trumpisme adalah kultur politik yang tumbuh di AS dan dunia karena pengaruh tata nilai dan pesona pribadi Trump.

Trump memang sudah hampir dapat dipastikan harus meninggalkan Gedung Putih. Tapi ingat kita tak bisa menafikan fakta bahwa hampir separuh rakyat AS paling tidak 48 persennya  mendukung Trump.

Angka yang terlalu besar untuk diabaikan. Konon katanya seperti yang saya baca dari beberapa sumber ia masih berminat untuk maju kembali menjadi kandidat Presiden tahun 2024.


Ia akan tetap aktif bermain di ruang publik hingga waktu pemilihan lagi tiba, melalui berbagai media terutama media sosial yang ia bisa mainkan secara piawai.

Meskipun banyak pihak menganggap Trumpisme itu mengabaikan nilai-nilai moral dan etika dalam berpolitik. 

Boleh saja daftar dosa-dosa Trump yang cukup panjang sejak sebelum ia menjabat sebagai Presiden AS hingga ia menyelesaikan masa jabatannya dibeberkan tapi faktanya banyak orang yang tetap menyukai, mendukung, dan menghormatinya.

Saat ia menjabat, bahkan upaya pemakzulan sudah pernah dilakukan dengan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan kongres.

Kecorobohan dan sifat ignorance-nya terhadap Covid-19 yang mengakibatkan hilangnya 240.000 nyawa rakyat AS dan mendudukan negara yang terkenal dengan layanan kesehatan canggih menjadi negara yang paling banyak penduduknya terpapar virus corona, namun fakta ini pun tak menyurutkan sebagian rakyat AS untuk mendukungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun