Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah dan Serba-serbi BH, dari Awal Penciptaan hingga Kini

25 September 2020   10:05 Diperbarui: 25 September 2020   13:09 2256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
toko preloved di id.carousell.com

Bagi wanita, jika disebutkan nama Victoria Secret, Wacoal, Triumph, Sorrela, La Senza hingga Pierre Cardin, asosiasi pikirannya akan langsung menuju pada bra atau pakaian dalam yang setiap hari dikenakan mereka.

Bra merupakan salah satu item penting untuk menunjang penampilan dan kesopanan  wanita dalam berbusana. Selain itu, bra juga kerap dianggap sebagai penanda kedewasaan hingga status sosial. 

Dan belakangan sejumlah ahli kesehatan menyebutkan bahwa bra baik bagi kesehatan, walaupun ada juga yang menyatakan sebaliknya, tanpa bra, wanita bisa lebih sehat.

Lantas, sejak kapan wanita mulai mengenakan bra sebagai pelengkap penampilannya dan bagaimana sejarah terciptanya penutup dada ini?

Konsep penutup dada atau di Indonesia biasa di sebut kutang serta BH ini sejatinya telah muncul sejak zaman Romawi Kuno, pada 3.000 hingga 2.700 sebelum masehi yang saat itu disebut apodesmos.

Bukti bahwa bra  sudah dikenakan sejak masa itu, terdapat dalam lukisan dinding di Manoa, sebuah daerah di sekitar Pulau Kreta Yunani.

Jangan bayangkan penutup dada itu seperti bra yang sekarang dikenakan, saat itu bra hanya lah secarik kain yang terbuat dari bahan wol atau linen yang dililitkan begitu saja pada dada perempuan.

Dalam perkembangannya, sekitar abad 16 konsep penutup dada di kalangan wanita aristokrat Eropa dikenal dengan nama korset.

Penggunaan korset diharapkan oleh para perempuan agar memperlihatkan bentuk pinggang yang ramping dan dada mereka menjadi membusung ke atas.

Sementara menurut laman Situs sejarah Historia.id cikal bakal bra yang bentuknya mendekati seperti yang kita kenal saat ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang pengusaha pakaian asal Paris Perancis, Herminie Cardolle pada tahun 1889.

Bentuknya masih agak menyerupai korset, namun bedanya Cardolle memisahkan menjadi 2 bagian, perut dan dada tak menyatu seperti korset.

Dari sinilah istilah "Bra" muncul dari kata "Brasserie" yang pertama kali digunakan oleh editor majalah mode Vogue terbitan tahun 1907.

Meskipun bentuk baru penutup dada wanita sudah diperkenalkan tetapi, wanita-wanita di awal 1900-an masih lebih memilih mengenakan korset.

Namun kemudian, kondisi perang dunia I mulai tahun 1918, memaksa para wanita untuk melepaskan kebiasaan mengenakan korset, karena lapisan logam yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat korset dialih fungsikan untuk kebutuhan pembuatan alat militer.

Tak kurang dari 28.000 ton bahan logam korset dialih fungsikan untuk kebutuhan perang. Hal itu menjadi berkah juga bagi para wanita sebenarnya, karena mengenakan korset itu sangat menyiksa, membuat wanita yang memakainya menjadi tak leluasa bernafas dan dalam beberapa kejadian ekstrim menyebabkan dislokasi tulang iga pemakainya.

Nah, lantaran kondisi ini lah kemudian mereka mulai beralih pada konsep bra ciptaan Mary Jacob Phelp seorang sosialita asal Amerika Serkat  yang bentuknya mulai mendekati seperti bra yang dikenal saat ini.

Mary bersama dua pelayannya mulai memperkenalkan bra model baru tersebut pada tahun 1910. Kemudian karena model itu mulai populer dan banyak ditiru oleh lingkungan peer groupnya, ia lantas mematenkan bra bentuk bentuk baru tersebut pada tahun 1914.

Bra bentuk modern ini kemudian mulai diproduksi massal pada tahun 1920, tetapi produksinya masih belum memperhatikan ukuran individual payudara masing-masing wanita alias all size.

Baru pada tahun 1922 bra benar-benar berevolusi menjadi bentuk bra seperti saat ini. Suami istri, Ida dan William Rosenthal menciptakan dan membuat bra dengan ukuran individual.

Ukuran baku yang terdiri dari lingkar linier rusuk dan dan ukuran volume payudara (cup size) ditandai oleh abjad.

A untuk ukuran yang setara dengan 8 ons cairan, B setara dengan 13 ons cairan, C yang setara dengan 21 ons cairan, dan D untuk ukuran diatasnya.

Untuk menjamin jumlah pasokan yang cukup kemudian, Ida dan William mendirikan pabrik bra pertama dengan konsep modern yang ia namakan Maidenform yang hingga sekarang masih beroperasi.

Karena bra ini lah keduanya menjadi milioner setelah produksi bra-nya mengalami kesuksesan luar biasa.

Lantas bagaimana dengan Indonesia, sejak kapan wanita-wanita Indonesia mengenakan bra sebagai bagian dari penampilannya?

Menurut beberapa litelatur yang saya baca hingga tahun 1920an, menggunakan bra merupakan sesuatu yang tak lazim bagi wanita Indonesia.

Bra masuk ke Indonesia melalui noni-noni Belanda yang datang mengikuti tugas suaminya di Hindia Belanda saat itu atau Indonesia saat ini.

Kemudian penggunaan bra ini ditiru oleh para wanita pribumi, mereka mulai mengenakannya dibalik busana kebaya atau kemben yang dikenakannya.

Makanya kemudian bra di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan "BH" karena kata itu merupakan akronim dari kata "Buste Hounder" dalam bahasa Belanda  yang artinya wadah/penyangga payudara.

Selain BH ada istilah lain bagi bra di Indonesia yakni kutang. Ada cerita menarik tentang istilah kutang ini seperti yang saya nukil dari bukunya Remy Sylado bertajuk "Pangeran Diponegoro" yang menjelaskan asal muasal istilah kutang.

Saat itu, dalam proyek pembukaan pembangunan jalan antara Anyer sampai Panarukan, pemerintah Hindia Belanda pimpinan Deandels mempekerjakan budak wanita maupun lelaki.

Tersebutlah Don Lopez seorang pria keturunan Perancis dan Spanyol yang dipekerjaan oleh Deandels sebagai tenaga ahli dalam proyek jalan yang cukup legendaris ini.

Saat Don Lopez mulai bekerja dan turun langsung kelapangan, ia mendapati para pekerja wanita Indonesia bertelanjang dada tak mengenakan secarik kain apapun dibagian atas tubuhnya tersebut.

Seketika ia pun kaget dan langsung memotong kain yang ada disekitarnya, untuk diberikan kepada sejumlah wanita seraya berujar dalam bahasa Perancis yang artinya kurang lebih begini "tutupi bagian berharga itu". 

Berkali-kali ia mengucapkan kata berharga dalam bahasa Perancis " coutant... coutant" karena pelapalan bahasa Perancis yang sengau, maka yang terdengar oleh para pekerja itu adalah "Kutang".

Nah, mulai dari sinilah istilah kutang itu lahir, mereka mengira kain yang diberikan Don Lopez untuk menutupi payudara itu namanya kutang.

"Oh nu kieu teh ngarana kutang" begitulah kira-kira yang ada dalam pikiran para pekerja saat itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sekarang istilah kutang ini memiliki arti  1. Pakaian dalam wanita untuk menutupi payudara. 2. Baju tanpa lengan.

Istilah bra/kutang atau BH ini diberbagai negara berbeda-beda, di Perancis penutup dada ini tak disebut "coutant" tapi soutien-gorge yang artinya penopang tenggorokan.

Beda lagi dengan Spanyol, mereka menyebutnya sujetar yang berarti penopang. Lain lagi di Jerman, bustenhalter istilahnya. Di Swiss disebut bysthallare yang semuanya berarti wadah atau penopang payudara.

Terlepas dari berbagai istilah tersebut bentuk dan ragam BH pun berkembang sesuai mode dijamannya. Salah satu yang paling fenomenal adalah BH yang diciptakan oleh perancang busana Perancis terkenal Jean Paul Gaultier untuk sang Diva musik Pop saat itu Madonna untuk tur pertunjukan Blonde Ambition pada 1990.

Madonna mengenakan kostum BH dengan bentuk meruncing berbahan kain satin dengan lapisan yang sangat nyaman dikenakan dan menarik untuk dilihat, yang disebut The Cone Bra.

Kemudian sebelumnya ada The Bullet Bra yang dikenakan oleh mega bintang Marilyn Monroe di pertengahan tahun 60an yang membuat pemakainya tampak memiliki ukuran payudara yang lebih besar.

Lantas ada Jogbra yang dikreasikan oleh Lisa Lindahl untuk kebutuhan olahraga agar dapat leluasa bergerak. Ada lagi Wonderbra yang dipopulerkan oleh model Eva Herzigova yang mengangkat payudara sehingga belahannya terlihat menggairahkan.

Bahkan bukan hanya untuk penampilan berbagai teknologi canggih dipergunakan untuk melakukan riset terkait penopang payudara ini.

Bahan yang digunakan bagi pembuatan BH ini pun benar-benar diteliti dengan seksama bukan hanya agar terlihat indah dengan ornamen -ornamen yang menghiasinya seperti renda dan hiasan lainnya tetapi memiliki manfaat lebih bagi bentuk payudara dan kesehatan wanita yang mengenakannya.

Seperti magic wire yang diciptakan oleh pabrikan BH asal Jerman Triumph, yang nyaman dikenakan berkat teknologi kawat yang lentur dan lembut, menggantikan kawat logam tradisional.

Yang paling mutakhir belakangan muncul bra dengan teknologi canggih yang dapat mengukur denyut jantung, menghilangkan sakit kepala, hingga mendeteksi kanker payudara.

BH, kutang, bra atau apapun istilahnya bisa disebut juga sebagai bagian dari penanda jaman yang terus berevolusi mengikuti budaya,  kehidupan manusia serta bergantinya mode, dan jangan lupa status sosial seseorang bisa juga tergambar dari BH yang dikenakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun