Mengapa saya sempat kepikiran seperti itu karena kita tahu, Muchdi PR yang kini menjadi Ketum Berkarya Versi Munaslub saat Pilpres 2019 mendukung Jokowi, berbeda 180 derajat dengan kebijakan partai yang mendukung Prabowo-Sandi.
Saya menduga dalam beberapa hari ke depan narasi campur tangan pemerintah seperti ini akan dibangun oleh para pendukung Partai Berkarya versi Tommy Soeharto.
Seolah Pemerintah cawe-cawe dalam urusan Partai, sehingga membuat partai yang dianggap berlawanan dengan pemerintah dipecah agar bungkam.
Meskipun dugaan saya ini bisa saja salah, namun bisa saja narasi tersebut dibangun oleh Partai Berkarya versi Tommy sebagai upaya playing victim sehingga mendapat dukungan publik.
Namun saya yakin Pemerintah Jokowi tak ada kaitannya dengan kisruh di Internal Berkarya ini. Karena sama sekali tak diuntungkan juga dengan kisruh internal ini.
Jika memang logikanya seperti itu mungkin Partai PKS yang pertama bakal dipecah karena ia oposan yang paling vokal dalam mengkritik berbagai kebijakan Pemerintah Jokowi.
Semua yang terjadi di Partai berusia muda ini karena mereka tak mampu mengelola perbedaan di internalnya saja.
Seperti yang diungkapkan oleh Badarudin,
"Alasan untuk membuat munaslub jauh hari telah kami bahasakan, bahwa telah terjadi ke-vakum-an dan komunikasi yang tersumbat sejak Rapimnas III Partai Berkarya tahun 2018, tidak ada evaluasi Pemilu 2019, dan tidak ada rapat-rapat pengambilan kebijaksanaan," katanya.