Seharian Kamis (02/07/20) kemarin, timeline berbagai media sosial dipenuhi oleh beredarnya video laku tak senonoh karyawan gerai kopi Starbucks saat mengintip payudara  seorang perempuan pelanggannya lewat cctv yang terpasang di salah gerainya di Jakarta.
Dalam unggahan video yang terjadi pada hari Rabu (01/07/20) tersebut terlihat beberapa karyawan Starbucks berada di layar pemantauan CCTV dan melakukan zooming atau memperbesar gambar video serta mengarahkan pada payudara salah satu perempuan pelanggannya yang sedang berada di cafe tersebut
Setelah itu video tersebut, ramai menjadi perbincangan netizen, pihak Starbuck kemudian merespon dan menyatakan permintaan maaf atas laku tak pantas karyawannya tersebut.
Senior Manager Corporate Publik Relations and Communication PT.Sari Coffe Indonesia Andre Siahaan, pemegang hak waealaba Starbuck di Indonesia sangat menyesalkan kejadian tersebut.
Setelah mengetahui kejadian tersebut pihak Starbuck merasa sangat resah dengan kejadian tersebut, dan memastikan bahwa kejadian tersebut tak akan terulang lagi.
Starbuck kemudian merilis pernyataannya lewat berbagai akun media sosial milik mereka.
"Perilaku tersebut tidak dapat kami tolerir dan individu yang bersangkutan tidak lagi belerja bersama PT. Sari Coffe Indonesia" tulis Andre.
Pihak Kepolisian ikut turun tangan dan kini tengah menyelidiki kejadian yang bisa dimasukan ke dalam kategori pelecehan seksual ini.
Terlepas dari segala prosesnnya tersebut, ada hal menarik yang berkelindan di kepala saya serta mungkin sebagian orang, dan sebenarnya ini merupakan pertanyaan klasik.
Apakah kejadian pelecehan seksual secara visual ini dipicu oleh cara berpakaian korban?
Di media sosial ramai juga yang seolah menyalahkan korban karena berpakaian terbuka, karena mereka beranggapan pakaian terbuka itulah menjadi trigger terjadinya pelecehan seksual secara visual tersebut