Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teori Konspirasi Covid-19 ala Mardigu WP, Jerinx, hingga Siti Fadhilah, Fatamorgana di Tengah Ketidakpastian

25 Mei 2020   14:18 Diperbarui: 25 Mei 2020   15:16 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap peristiwa besar yang kemudian berkembang kerap kali melahirkan Teori Konspirasi, mulai dari yang bersifat lokal seperti pembunuhan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy hingga yang bersifat global yakni pandemi Covid-19 yang kini tengah mencengkram dunia.

Teori Konspirasi buat saya seperti fatamorgana, bayangan sebuah oase dengan air jernih yang tampak menyegarkan di tengah gurun pasir nan tandus. Terlihat nyata namun faktanya hanya ilusi optik belaka.

Saya cenderung melihat Teori konspirasi, terutama yang berkaitan dengan pandemi Covid-19 itu lahir karena frustasi akan keadaan. 

Kenyataan yang terjadi akibat pandemi ini memang beragam efeknya bagi setiap individu, namun yang pasti setiap individu ini merasakan ketidakpastian, dan setiap individu tak pernah suka akan ketidakpastian.

Mereka tak tahu persis apa yang sedang dan akan terjadi, bagaimana pandemi ini bisa terjadi hingga menimbulkan kesengsaraan seperti yang kita rasakan saat ini.

Apalagi kemudian berkembang lagi, terdapat kenyataan baru bahwa kita terpaksa harus hidup berdampingan dengan virus ini, karena entah kapan vaksinnya ada, yang berarti ada "kenormalan baru" dalam hidup kita sehari-hari, yang berbeda dari normal sebelum pandemi.

Nah, kondisi inilah yang membuat Teori Konspirasi bisa tumbuh subur di tengah krisis, bak jamur di musim penghujan.

Lantaran Teori Konspirasi selalu menawarkan penjelasan yang gampang dicerna, tak ngejelimet terkait situasi critical yang terjadi dan seperti tanpa kepastian ini.

Definisi Teori Konspirasi  tak jelas benar, karena hingga saat ini tak ada konsensus ilmiah untuk mendefinisikan Teori Konspirasi.

Tapi secara sederhana Teori Konspirasi adalah teori yang menerangkan sebuah fenomena secara sederhana dengan bombastis.

Ada beberapa ciri terkait teori ini, yang pertama pandangannya selalu hitam putih, tak mengenal spektrum warna lain. Ya, artinya masalah di dunia ini sederhana saja, tak ruwet sama sekali.

Ciri kedua, selalu berkutat pada persekongkolan segelintir individu yang memiliki.kuasa atas politik dan ekonomi di dunia atau wilayah tertentu di bagian dunia ini.

Misalnya, setiap masalah yang ada, termasuk pandemi Covid-19 selalu dihubungkan dengan Amerika Serikat, China, dan Yahudi.

Ciri ketiga, diakhir teori ,biasanya akan bersifat apokaliptik. Kiamat, pemusnahan masal manusia menjadi bagian dari sifat ini.

Dengan kenyataan seperti itu lantas mengapa juga banyak orang yang masih mempercayai Teori Konspirasi?

Biasanya mereka yang mempercayai teori ini, karena mereka fans berat dari ilmu cocokologi alias utak atik gathuk.

Dan karena tercocokan dengan kondisi nalar terbatas meski tanpa referensi sains yang jelas, maka itu dianggap oleh mereka menjadi sebuah kebenaran, padahal itu hanya fatamorgana.

Bedanya fatamorgana itu ilusi optik, sedangkan Teori Konspirasi itu ilusi nalar. Meski hanya sebatas dugaan dan ilusi, Teori Konspirasi itu tentu saja memikli efek.

Ada dua efek dari Teori Konspirasi ini, mencelakakan dan tidak mencelakakan. Efek tidak mencelakakan akibat Teori Konspirasi contohnya, Teori Konspirasi tentang tempat tinggal tokoh karakter kartun kocak Spongebob, ada pihak yang mempercayai bahwa Bikini Bottom diciptakan untuk menutupi pulau yang hancur dan tercemar radiasi nuklir, yang sebenarnya bernama Bikini Atoll.

Informasi ini tak akan mendorong orang untuk berbuat sesuatu yang melanggar batas.

Teori yang memiliki potensi  efek mencelakakan contohnya adalah Teori Konspirasi tentang pandemi Covid-19 ini.

Saat ini banyak pihak yang mengangkat Teori Konspirasi terkait Virus Corona Seri terbaru ini. 

Di Indonesia pihak yang beberapa saat terakhir ramai diperbincangkan terkait Teori Konspirasi Covid-19 adalah Mardigu WP seorang pengusaha yang berjulukan Bossman Sontoloyo, Jerinx seorang Drummer  grup band Superman is Dead, dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari.

Mardigu Wawiek Prasetyo demikian nama lengkap pengusaha tersebut. Berbicara tentang konspirasi corona.

Lantaran Teori Konspirasi ala Mardigu ini, dirinya banyak diundang dalam berbagai channel Youtube milik pesohor seperti Sandiaga Uno, Helmy Yahya, Motivator Tung Desem Waringin hingga yang terakhir Deddy Cobuzier.

Kumparan.com
Kumparan.com
Dalam teorinya seperti yang saya saksikan dari Channel Youtube milik Deddy Cobuzier, Mardigu menyebutkan bahwa Virus Corona bukan berasal dari Wuhan. Ia mencurigai bahwa virus ini berasal dari Amerika Serikat.

Virus ini menurutnya, kemudian berkembang menjadi 3 tipe, tipe A di Amerika, tipe B di Wuhan China, dan tipe C di Eropa. Ketiganya memiliki karakteristik berbeda-beda, dan tentu saja untuk menanganinya harus berbeda-beda pula.

"Sementara untuk di Indonesia butuh penelitian lebih lanjutnya," ujar Mardigu.

Selain itu, Mardigu juga mengungkapkan bahwa ada kemungkinan yang sangat besar virus ini diciptakan oleh para elite global.

Elite global ini merupakan sekondan yang sangat dekat dengan Partai Demokrat AS. Elite global itu adalah perusahaan-perusahaan farmasi dunia yang dekat dengan mantan Presiden AS Barrack Obama.

"Dunia farmasi itu darling-nya Obama. Obama punya Obama Care selama delapan tahun, dunia farmasi tajir melintir. Setelah Trump jadi presiden, ditebas Obama Care, Trump darling-nya militer. Fokus ke militer," tutur Mardigu. 

Nah hal inilah yang membuat Mardigu meyakini bahwa Covid-19 ini erat kaitannya dengan penyelenggaraan Pemilu Presiden AS yang akan berlangsung November 2020 ini.

Karena Joe Biden calon lawan Donald Trump dari Partai Demokrat dalam pilpres AS 2020, merupakan bagian dari elite global pemilik perusahaan farmasi.

Penyebaran virus corona ini merupakan aksi balas dendam terhadap Presiden Trump, selain tentu saja sebagai sarana mengeruk uang dalam jumlah fantastis.

Hmmm... silahkan nilai sendiri apakah teori ala Mardigu ini masuk akal atau tidak. Jika ditelusuri mungkin saja Mardigu sendiri yang memiliki kepentingan, atau paling tidak ia merupakan penggemar berat dari Donald Trump.

Selain Mardigu, ada Jerinx  melalui akun Instagram-nya @JRXSid, yang isinya menyebutkan bahwa Corona ini hanya merupakan proporsi bisnis belaka.

Sambil mengunggah screenshot dari seorang dokter yang disembunyikan identitasnya, yang isinya menyatakan bahwa Virus Corona itu tidak terlalu berbahaya seperti yang digembar-gemborkan media mainstream dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebelumnya Teori Konspirasi ala Jerinx ini juga menyeret nama pendiri Microsoft, Bill Gates. Lewat akun yang sama Musisi asal Bali ini menyebutkan bahwa virus corona dibuat elite global untuk menciptakan kontrol. Agar mereka terus berada di puncak perekonomian dan politik dunia.

Salah satu elite global yang dimaksud oleh Jerinx adalah Bill Gates. Menurut Jerinx, film  Pandemic yang dirilis oleh Netflix  dan di buat oleh Yayasan Filantropi milik Gates, Bill and Miranda Gates Foundation.

Merupakan salah satu petunjuk kuat bahwa ada peran Bill Gates dalam pandemi Covid-19 ini.

SukabumiUpdate.com
SukabumiUpdate.com
Senada dengan Jerinx, mantan Menkes di era SBY Siti Fadhilah Supari, yang kini tengah menjadi pesakitan akibat kasus Korupsi yang menimpanya,menyebutkan ada peran besar Bill Gates dalam pandemi yang kini tengah melanda.

"Ada sesuatu yang aneh untuk saya ya. Saya ikutin Bill Gates ini di forum ekonomi. Bill Gates jadi pembicara utama dia di situ menggebu-gebu bahwa nanti akan ada pandemi. Dia bukan dokter kenapa dengan fasihnya menganalisa dunia bakal pandemi, kenapa dia begitu yakin dunia membutuhkan vaksin," ujar Siti Fadilah. Seperti yang diucapkannya dalam wawancaranya dengan Deddy Cobuzier yang kini tengah ramai menjadi pembicaraan warganet.

Akh... rentetan Teori Konspirasi ini bisa disebut berpotensi mencelakakan karena bisa saja masyarakat yang percaya terhadap teori ini akan bersikap abai terhadap protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah dan WHO.

Efeknya sangat jelas penyebaran virus menjadi tak terkendali dan tingkat kematian akan naik tinggi, itu jelas mencelakakan.

Apakah kemudian kita tak boleh mempercayai Teori Konspirasi? Yah, boleh-boleh saja it's a free country, bebas, percaya boleh,tak percaya juga silahkan.

Namun jika percaya, jangan jadikan Teori Konspirasi ini sebagai satu-satunya pegangan tunggal. Berikanlah ruang skeptis dalam nalar kita terhadap Teori Konspirasi tersebut agar kita bisa menguak apa yang terjadi secara nyata sesuai fakta, data, dan bukti yang ada.

Seperti halnya fenomena fatamorgana yang dapat dihindari dengan memakai alat seperti kacamata hitam, Teori Konspirasi bisa di filter kebenarannya melalui alat berupa informasi faktual yang sesuai sains.

Selain alat, ada hal yang lebih penting dalam perkara menghindari fatamorgana dan Teori Konspirasi, nalar yang waras dan berpikiran positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun