Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Idul Fitri 1441 H, Sebuah Kontemplasi dari Anomali Peristiwa Lebaran

24 Mei 2020   09:09 Diperbarui: 24 Mei 2020   09:19 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Wa Lilla Ilham.. Takbir berkumandang, suaranya memenuhi jagat, bedug bertalu-talu menandakan akhir Ramadan telah tiba.

Tak ada yang berbeda dari Takbir yang mengagungkan Asma Allah SWT tersebut yang menjadi pertanda Hari Kemenangan, Idul Fitri 1441 H telah datang menyambangi  kita semua.

Secara esensi, Idul Fitri kali ini tak ada yang berbeda, yang berbeda hanya atmosfer sosial dan budaya saja. Sejak Ramadan menjelang kita semua menyadari bahwa atmosfer Ramadan dan Idul Fitri tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, lantaran kita semua mafhum, bahwa kita tengah dalam suasana pandemi Covid-19.

Berbagai protokol kesehatan dilakukan dan ditegakan demi menahan penyebaran virus jenis Corona seri terbaru ini.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menjadi jangkar berbagai kebijakan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus ini di Indonesia, membuat suasana Ramadan dan Idul Fitri kali ini seperti anomali di Indonesia.

Tarawih yang normalnya dilaksanakan berjamaah, kini dilakukan dirumah saja. Demikian pula Tadarus, itikaf, tak diperbolehkan dilakukan di mesjid.

Bagi saya sebenarnya kondisi ini menjadi blessing in disguise, secara esensi  spiritual saya merasa Ramadan kali ini membawa saya ketingkat yang lebih baik.

Puasa kali ini saya bisa lakukan dengan full, godaannya lebih rendah walaupun tak tahu juga di mata Allah SWT. Namun yang pasti saya merasa demikian, tarawih juga bisa full dilaksanakan.

Lebih jauh lagi dengan kesendirian yang terpaksa terjadi, paling tidak ada waktu untuk berkontemplasi mengevaluasi diri.

Namun tetap ada kerinduan terhadap suasana Idul Fitri dalam atmosfer normal, akh sudahlah mungkin memang  kita harus beristirahat sejenak dari hiruk pikuknya aroma Idul Fitri yang terkadang kental sisi duniawinya.

Kondisi ini juga tampaknya memberi ruang bagi kita untuk menyadari bahwa manusia sebagai mahluk, untuk tak Jumawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun