Mohon tunggu...
M. Farhad A. M. Fer Seirafion
M. Farhad A. M. Fer Seirafion Mohon Tunggu... UIN Sunan Ampel Surabaya

Hai, saya Fer! Saya seorang mahasiswa hubungan internasional yang punya minat pada seni, budaya, bahasa, kuliner, psikologi, biologi, dan astronomi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Strategi Natuna: Merajut Kedaulatan Melalui Tata Kelola Lintas Sektor

11 Oktober 2025   16:25 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:10 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Natuna, Episentrum Strategi Indonesia

Laut Natuna Utara bukan sekadar peta atau gugusan pulau, melainkan sebuah episentrum strategi nasional Indonesia. Kawasan ini menyimpan kekayaan sumber daya alam yang melimpah---minyak, gas, dan perikanan---namun juga menghadapi ancaman serius berupa klaim tumpang tindih dari Tiongkok (Kementerian Luar Negeri, 2023).

Menghadapi tantangan kompleks ini, respons Pemerintah Indonesia telah melampaui pengerahan kekuatan militer semata. Serangkaian langkah strategis yang melibatkan multi-sektor---mulai dari peningkatan pengawasan maritim, pembangunan pangkalan terpadu, hingga diplomasi---menggarisbawahi sebuah konsep strategi modern yang krusial: Strategi sebagai Cipta Tata Kelola. Opini ini berargumen bahwa kebijakan lintas sektor di Natuna adalah upaya sadar untuk mendesain dan mengoperasikan sebuah sistem tata kelola yang terintegrasi, bukan hanya respons taktis.

Memahami "Strategi sebagai Cipta Tata Kelola" di Natuna

Konsep strategi tradisional seringkali berfokus pada kekuatan dan konflik (Liddell Hart, 1967). Namun, di era geopolitik kontemporer, strategi yang efektif adalah kemampuan untuk menciptakan dan mengelola tatanan yang kondusif bagi kepentingan nasional. Dalam kasus Natuna, kedaulatan tidak dapat dipertahankan hanya melalui kehadiran kapal perang (hard power), tetapi harus ditopang oleh legitimasi hukum, keberlanjutan ekonomi, dan keseimbangan lingkungan (soft power dan smart power).

Kebijakan lintas sektor di Natuna mencerminkan empat pilar tata kelola:

  1. Pertahanan-Keamanan: Peningkatan pengawasan oleh TNI AL dan Bakamla.
  2. Ekonomi-Kesejahteraan: Pendekatan ekonomi biru dan pengelolaan perikanan berkelanjutan oleh KKP.
  3. Hukum-Diplomasi: Penguatan posisi hukum internasional dan penggunaan diplomasi pertahanan.
  4. Infrastruktur-Lingkungan: Pembangunan Pangkalan Terpadu yang sekaligus menjadi pusat dukungan logistik dan operasional.

Sinergi antara empat pilar ini menghasilkan "cipta tata kelola" yang holistik. Strategi Natuna bukan lagi sekadar defense strategy (strategi pertahanan), melainkan governance strategy (strategi tata kelola) yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan kehadiran dan yurisdiksi Indonesia secara permanen dan sah.

Elemen Koordinasi Strategis: Merajut Kapasitas Nasional

Keberhasilan strategi tata kelola sangat bergantung pada koordinasi lintas sektor yang efektif. Kasus Natuna menunjukkan upaya serius untuk mengikis ego sektoral dan menyatukan sumber daya nasional di bawah satu payung kepentingan. Elemen koordinasi yang tampak jelas meliputi:

A. Sinergi Operasional Pertahanan dan Penegakan Hukum

Langkah peningkatan pengawasan maritim melalui TNI AL dan Bakamla (poin 1) adalah bentuk koordinasi di lapangan. TNI AL fokus pada ancaman kedaulatan yang bersifat militer dan state-based threat, sementara Bakamla fokus pada penegakan hukum dan keamanan laut sipil.

Namun, koordinasi ini meluas hinga ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Patroli gabungan dan operasi penangkapan kapal asing ilegal (IUU Fishing) yang dipimpin KKP seringkali didukung oleh kapal TNI AL atau Bakamla. Sanksi pembakaran kapal asing, yang merupakan tindakan hukum, berfungsi ganda sebagai deterrence (efek gentar) keamanan (TNI Angkatan Laut, 2024). Tindakan hukum ini menjadi legitimasi sipil atas penggunaan kekuatan, sehingga memperkuat posisi Indonesia di mata hukum internasional.

B. Peran Sentral Kemenko Marves

Penguatan tata kelola lintas lembaga yang dikoordinasikan oleh Kemenko Marves (poin 3) adalah kunci utama. Kemenko Marves bertindak sebagai integrator strategis, memastikan bahwa:

  1. Target Pertahanan (menjaga kedaulatan) tidak bertentangan dengan Target Ekonomi (mengembangkan perikanan dan migas).
  2. Pembangunan Infrastruktur (Pangkalan Terpadu) didukung oleh Aspek Lingkungan (keberlanjutan sumber daya).

Ini adalah contoh koordinasi top-down yang memfasilitasi aliran informasi dan pengambilan keputusan bersama, mengubah kebijakan sektoral yang terfragmentasi menjadi satu visi maritim terpadu.

Elemen Kepemimpinan Strategis: Visi dan Keberanian

Strategi sebagai cipta tata kelola memerlukan kepemimpinan strategis yang berani dan visioner. Ini tercermin dari dua langkah utama:

A. Pembangunan Pangkalan Terpadu (Strategic Commitment)

Keputusan Pembangunan Pangkalan Terpadu di Natuna (poin 2) adalah manifestasi kepemimpinan strategis yang tidak kompromi. Langkah ini menunjukkan:

  1. Komitmen Jangka Panjang: Alokasi sumber daya yang masif dan permanen di wilayah terdepan.
  2. Proyeksi Kekuatan: Pangkalan terpadu memungkinkan Indonesia memproyeksikan kekuatan response time dan endurance operasional yang lebih baik di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) (Dunnigan, 2017).

Ini adalah sinyal tegas kepada aktor eksternal bahwa klaim Indonesia didukung oleh aset fisik dan operasional yang signifikan---sebuah bentuk deterrence melalui kehadiran permanen.

B. Diplomasi Pertahanan dan Ekonomi Biru (Smart Power)

Pendekatan diplomasi pertahanan dan ekonomi biru (poin 4) adalah contoh kepemimpinan yang menggunakan smart power.

  • Diplomasi Pertahanan: Digunakan untuk menjaga saluran komunikasi terbuka dengan Tiongkok dan negara-negara ASEAN, mencegah salah perhitungan, dan membangun arsitektur keamanan regional yang lebih stabil.
  • Ekonomi Biru: Melalui KKP, ekonomi biru menjadi narasi pembangunan. Ini menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tidak hanya mempertahankan Natuna karena isu militer, tetapi karena komitmen untuk memanfaatkan dan melestarikan sumber daya secara berkelanjutan demi kesejahteraan rakyatnya (Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2023).

Kepemimpinan strategis ini berhasil membingkai Natuna dari isu sengketa menjadi isu penegakan hukum dan pembangunan berkelanjutan, yang jauh lebih kuat secara moral dan legal di panggung internasional.

Penutup: Adaptabilitas sebagai Kunci

Strategi Indonesia di Natuna Utara---dipahami sebagai cipta tata kelola lintas sektor---telah menunjukkan efektivitas dalam mengintegrasikan pertahanan, ekonomi, dan diplomasi. Ini adalah model yang relevan untuk tantangan geopolitik masa kini.

Namun, dinamika global menuntut adaptabilitas. Modernisasi kekuatan Tiongkok dan isu perubahan iklim yang memengaruhi sumber daya perikanan memerlukan re-kalibrasi tata kelola ini. Di masa depan, sinergi antar lembaga harus diperkuat dengan teknologi maritim modern dan pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban maritim Nusantara. Pada akhirnya, kedaulatan Indonesia di Natuna tidak hanya ditentukan oleh kemampuan armada, tetapi oleh soliditas dan kecerdasan sistem tata kelola yang telah kita ciptakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun