'' Kota ini ramai, tapi aku masih kesepian''
Bagi banyak anak muda, terutama mahasiswa perantau, merantau sering diartikan sebagai langkah menuju kemandirian. Namun, di balik semangat untuk tumbuh dan beradaptasi, ada satu rasa yang pelan-pelan menyelinap: homesick.
Rasa rindu rumah tidak hanya muncul karena jarak, tapi karena kehilangan rutinitas kecil yang dulu terasa biasa seperti momen hangat bersama keluarga, aroma masakan ibu, atau suara televisi di ruang tamu. Saat semua itu hilang, barulah kita sadar bahwa "rumah" bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sumber ketenangan batin.
Namun, homesick bukanlah kelemahan. Ia adalah tanda bahwa kita punya tempat untuk dirindukan dan orang-orang yang berarti. Rasa itu juga mengingatkan kita untuk tetap rendah hati, bahwa di tengah ambisi menjadi mandiri, kita tetap manusia yang butuh kehangatan dan kedekatan.
Pada akhirnya, mungkin rumah tak selalu harus kita datangi. Kadang, cukup kita bawa dalam ingatan, dalam cara kita memperlakukan orang lain, atau dalam ketenangan yang kita ciptakan di tempat baru. Karena sejauh apa pun kita pergi, rumah selalu ada di hati yang masih tahu cara untuk pulang.
Tulisan ini dibuat oleh Feronika Ely Suryaningsih, Mahasiswa Manajemen Universitas Airlangga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI