Mohon tunggu...
Ferni Nofianty Dewi
Ferni Nofianty Dewi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu yang gemar memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku, Kamu dan Sebuah Persahabatan

5 Desember 2014   10:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:00 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja itu Firda termangu di depan balkon kamarnya. Kata-kata Riyan masih terdengar dengan jelas, membuat firda menitikkan air matanya. Lantunan lagu setengah hati nya Adaband di radio kamar seakan menambah kesedihan hatinya. “maafkan aku , Fir. Aku memang gak bisa sempurna, aku menyayangi kalian berdua..”. Setelah mengatakan itu Riyan pergi tanpa memberinya kesempatan untuk bicara. Itulah pertemuan terakhir Firda dan Ryan, Ryan memutuskannya di hari kelulusannya.

Gak terasa waktu berlalu setahun lamanya. Firda kini menetap di KL mengikuti ayahnya bekerja di sana. Kini, dia bekerja sebagai kolumnis di salah satu surat kabar di KL setelah lulus kuliah di Jakarta. Ketika dalam perjalanan ke kantornyasekilas Firda melihat sosok seseorang yang dirasa tidak asing baginya. Pria itu tampak begitu dewasa sekarang, sepertinya dia juga bekerja di salah satu gedung perkantoran ini. Firda teringat sahabat sekaligus mantan kekasihnya dulu. Terpaku dia menatap pria di depannya. Tak berani untuk menyapa, dia berniat berbalik pergi, namun suara yang dikenalnya memanggil namanya. “Firda Rahlan?” tertegun Firda mendengar namanya… menguatkan hati dia berbalik melihat sosok yang menyapanya. Senyumannya masih sama, matanya tetap hangat ketika memandangnya, hanya garis wajahnya lebih terlihat jelas sekarang.

Selepas pertemuannya dengan Riyan yang tidak terduga, kini pikiran Firda seakan penuh dengan kenangannya dulu bersama lelaki itu. Meskipun pertemuannya kemarin tidak lama, entah kenapa dia tidak bisa menghilangkan bayangan Riyan dari pikirannya.

Sore itu kosong dengan jadwal yang seharusnya dia penuhi. Firda bergegas pulang ke flatnya. Entah dari mana Riyan mendapatkan nomor kontaknya, dan dia menghubungi Firda untuk bertemu. Namun, Firda seakan urung untuk memenuhi permintaan mantannya itu. Dia merasa ingin sendiri, memantapkan hatinya lagi. Karena takut dinding yang selama ini dia bangun benar-benar roboh ketika dia harus bertemu lagi dengan Riyan. Mungkin tidak apa kalau bertemu lagi untuk yang terahir, batinnya tampak berpikir mempertimbangkan pertemuan yang dijanjikan Riyan. Namun hatinya juga berkecamuk melawan keinginan itu. Bimbang. Firda pun berniat menyelesaikan tulisannya yang sempat terhambat karena memikirkan seseorang yang telah lama hilang di hatinya.

Ketika sedang bersiap menulis, dia menemukan beberapa lembar surat yang dia buat untuk Riyan di kotak kumpulan bukunya, salinan surat itu mengingatkan Firda pada kenangan sebelum mereka bertemu untuk terakhir kalinya. “Aku masih mengingatmu,rRiyan…”. Batin Fiirda mengenang kekasihnya dimasa lalu. Urung buatnya membuka kembali lembaran surat-suratnya, namun perasaannya seakan penuh dengan ingatan tentang Riyan. Firda memberanikan diri membuka kembali surat-suratnya dan membacanya perlahan.

Dalam surat itu tergambar diingatannya Riyan memeluknya sambil berkata..”maafkan aku, Fir… Aku memang salah… Aku tidak bisa menjaga hatiku hanya buatmu saja… Dia memang teman lamaku tapi aku merasa nyaman bersamanya sama ketika aku merasakan rasa itu bersamamu..maafkan aku..aku lebih memilih dia..” kata-kata itulah yang masih terngiang diingatan Firda ketika membuka kembali kenangannya bersama Riyan. Pahit dan merasa tidak adil, firda menerima itu dengan hatiyang hancur dan kecewa.

Dia membuka lembaran surat-suratnya , disana tertulis..terima kasih Ryan kamu sudah mengisi hari-hariku selama 3 tahun ini, terima kasih sudah menjadi bagian terindah dari hidup aku, terima kasih sudah mengisi ruang hati ku… dan terimakasih kamu telah jujur untukku.. aku memang hanya bisa menjadi sahabat selamanya buatmu..

Dering telpon dari tabnya mengagetkan lamunan Firda, editornya menanyakan tulisan dia yang akan segera deathline 3 hari lagi. “okke bos.. aku kerjakan secepatnya dan kukirim secepatnya,,maaf membuatmu menunggu” dan klik dia menutup telponnya. Buru-buru Firda membasuh mukanya, air segar memenuhi puncak kepalanya. Rasanya semua itu memang harus berakhir, Firda memantapkan hatinya. Dan sepertinya tidak usah ada pertemuan lagi, batinnya memantapkan.

Jemarinya sudah siap diatas laptopnya. Diiringi lantunan lagu setengah hati Adaband dari mp4 nya dia mulai menulis headline tulisannya.. Antara Aku, Kamu dan Sebuah Persahabatan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun