Mohon tunggu...
Fernando Simandalahi
Fernando Simandalahi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Only a nerd, trapped in the right body. :D I write quotes on Instagram: @fernandosimandalahi || Baca Novel Wattpad: My (Not So Hot) Pariban : https://www.wattpad.com/343102339-my-not-so-hot-pariban-on-going-satu || Go follow. :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melewatkan Natal, Prestasi Terkini Wali Kota Medan

8 Desember 2017   11:59 Diperbarui: 8 Desember 2017   20:01 48881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Walikota dan Wakil Walikota tidak menganggap perayaan Natal sebagai perayaan penting?

Haram

Saya pribadi sangat menghargai ajaran agama orang lain. Jika memang seorang Muslim akan berdosa jika mereka mengucapkan "Selamat Natal" kepada saudaranya--jika mereka menganggap saudara---yang beragama Kristen, maka sebaiknya tidak diucapkan. Orang Kristen juga tentu tidak mau jika mereka menjadi penyebab saudaranya harus masuk neraka.

Saya sempat berpikir bahwa harusnya ada pengecualian untuk pemimpin daerah atau Negara. Mereka membawahi ribuan bahkan jutaan manusia yang datang dari latar belakang yang berbeda, dari suku dan agama yang berbeda. 

Harusnya, demi kemanusiaan, mereka boleh memberikan ucapan saat perayaan-perayaan penting warganya. Tapi tidak. Mereka juga manusia, yang takut masuk neraka. Dan ini menyangkut AGAMA. Jadi wajar jika mereka memilih untuk tidak memberikan ucapan, seperti dalam kasus Walikota dan Wakil Walikota Medan ini.

Tapi masalahnya, warga sudah terbiasa dengan fakta bahwa Hari Raya Natal itu dirangkaikan dengan Tahun Baru. Itulah mengapa, di mana-mana kita membaca "Selamat Natal dan Tahun Baru", dan kemudian janggal jika yang ada hanya "Selamat Tahun Baru". Sudah terbiasa.

Itulah yang membuat baliho dari Dinas Kominfo Kota Medan ini menjadi berkonotasi negatif. Saya pribadi memaknainya sebagai: "Rasain! Kami tidak mengucapkan selamat Natal." Atau: "Lihat, kami tidak menganggap perayaan Natal itu ada."

Jika Yang Terhormat Walikota dan Wakil Walikota Medan atau Dinas Kominfo mengerti dan memahami konsep toleransi---yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin--, mereka tidak seharusnya menyebar baliho Selamat Tahun Baru di awal Desember. 

Jika memang haram bagi mereka untuk mengucapkan Selamat Natal, sungguh tidak apa-apa. Tapi akan lebih baik jika ucapan Selamat Tahun Baru ini disebar setelah perayaan Natal selesai, karena tujuannya adalah "Tahun Baru", bukan di awal Desember seperti ini di mana umat Kristen masih heboh dengan persiapan perayaan Natal. 

Rasanya seperti melihat Ayah-Ibumu heboh mendekorasi rumah untuk ulangtahun kakakmu yang akan dirayakan seminggu lagi, sementara tidak melakukan apa-apa untuk ulang tahunmu besok.

Apa salahnya jika dipasang tanggal 26? Untuk sekadar menghargai umat Kristen, membiarkan mereka khusuk merayakan Natal. Rasanya, tidak akan terlalu masalah jika ucapan "Selamat Tahun Baru" muncul setelah perayaan Natal selesai. Layak dan sepantasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun