Mohon tunggu...
FERINANDO FACHRUDIN PUTRA
FERINANDO FACHRUDIN PUTRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - sedang belajar

family, duty, country.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Indonesia terhadap Revolusi Industri 4.0 dan Kondisi Pasca Pandemi

27 April 2021   23:50 Diperbarui: 28 April 2021   00:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan per 7 April 2020, sebanyak 39.970 perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Dan total ada 1.010.578 pekerja yang terdampak hal tersebut. Selain itu, salah satu dampak dari pandemi COVID-19 ini adalah UMKM di Indonesia. Kementerian Koperasi dan UMKM melaporkan bahwa sebanyak 1.784 dan 163.712 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) terdampak pandemi covid-19. Mayoritas koperasi yang terkena dampak ini bergerak pada bidang kebutuhan sehari-hari, sedangkan untuk sektor UMKM bergerak di bidang makanan dan minuman.

            Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh para pelaku UMKM dan koperasi, pemerintah melakukan pelbagai upaya. Salah satunya adalah menciptakan program bantuan pemerintah, sebagai contoh Kartu Prakerja, subsidi listrik, dsb. Pemerintah pun melalui Kementerian Keuangan memberikan keringanan pembayaran pajak selama periode 6 bulan, dimulai pada April 2020-September 2020.

            Tetapi, dengan adanya jaringan internet yang mana merupakan bagian dari revolusi industri 4.0 masyarakat Indonesia dapat sedikit menarik nafas untuk menggerakan roda perekonomian. Akibat dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, pada 2020 tercatat perputaran uang pada e-commerce di Indonesia menyentuh angka US$ 130 miliar, yang artinya transaksi perdagangan elektronik meningkat drastis.

            Dari contoh kasus di atas, bisa dikatakan perkembangan digital dalam globalisasi sangat berpengaruh besar pada roda perekonomian. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Kemudahan. Akses yang sangat mudah untuk dijangkau tanpa harus memakan banyak waktu dan tenaga. Karena di era yang sangat kompetitif ini, waktu menjadi hal yang sangat penting. Dengan adanya perdagangan elektronik, para pekerja sangat terbantu untuk berbelanja segala sesuatu yang dibutuhkan.
  • Tidak memakan banyak tenaga. Zaman sekarang, kita tidak perlu repot-repot untuk datang ke toko, mall, atau apapun itu. Sehingga kita terhindar dari kelelahan dan kemacetan. Dari rumah kita dapat berbelanja online sambil melakukan aktivitas yang lain, seperti membersihkan rumah, memasak, bekerja sehingga terkesan praktis.
  • Kenyamanan. Bila berbelanja secara online kita tidak perlu berpergian keluar, hanya dengan rebahan/santai saja kita bisa melakukan aktivitas berbelanja, bayangkan jika berbelanja di mall, biasanya mencari 1 barang saja tidak cukup dengan hanya mengunjungi 1 atau 2 toko tetapi bisa sampai mengelilingi mallnya. Dan aktivitas berbelanja online ini dapat dilakukan kapan pun, pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, yang mana hal tersebut tidak dapat dilakukan jika kita berbelanja secara konvensional.
  • Harga yang bersaing dan pasti. Perbedaan harga tidak jauh berbeda dengan berbelanja secara konvensional, seringkali harga online lebih murah. Dan tentunya adalah mendapatkan harga yang transparan di pasaran.
  • Diskon yang menarik. Setiap e-commerce selalu memberikan diskon berupa voucher yang menarik bagi para calon pembeli, sehingga mereka tertarik untuk mengakses dan berbelanja disana. Terkadang diskonnya pun tidak main-main, bayangkan di dalam program flash sale dengan harga Rp.999.999 bisa mendapatkan 1 buah smartphone yang harga aslinya bisa sampai Rp.9juta. Hal ini lah yang membuat belanja online semakin digemari oleh masyarakat.

Kehadiran belanja secara digital tidak hanya membawa efek negatif tetapi juga banyak efek positifnya terutama pada masa pandemi seperti yang mana pergerakan/aktivitas di luar rumah dibatasi. 

Di era seperti ini, kebanyakan orang cenderung untuk berbelanja secara online dibandingkan secara konvensional, dengan tidak adanya batasan pasar, akurasi dan kecepatan pelayanan menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh para konsumen. Maka kedepannya, pemerintah harus mendukung dan meningkatkan fokus perekonomian pada sektor e-commerce, apalagi mayoritas orang-orang lebih memilih untuk berbelanja secara online. Tidak lupa, pemerintah juga harus menjamin keamanan dalam aktivitas belanja online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun