Mohon tunggu...
Feri Dwi Putra Suhartono
Feri Dwi Putra Suhartono Mohon Tunggu... Wirausaha

"Mari beraktivitas dengan hal yang positif agar mendapatkan hasil yang baik"

Selanjutnya

Tutup

Nature

Melodi Seribu Rumpun, Bambu Menjadi Pilar Ketahanan Alam dan Bangsa

29 September 2025   13:28 Diperbarui: 29 September 2025   12:26 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumpun Bambu di sekitar pedesaan (iStockphoto/Philip Thurston)

Namun, kekayaan tersebut belum didukung oleh kebijakan yang kuat. Regulasi pengelolaan bambu belum selesai, sedangkan program konservasinya berjalan sendiri-sendiri. "Tanpa aturan yang jelas, sulit untuk menata industri bambu agar bisa berkelanjutan," kata Dr. Budi Santosa, ekonom lingkungan IPB.

Budi menegaskan, bambu termasuk dalam strategi mitigasi iklim nasional. Tanaman ini jelas terbukti dapat menyerap karbon lebih cepat jika dibanding dengan jenis kayu keras lainnya, sehingga membuatnya sangat ideal dalam skema perdagangan karbon dan rehabilitas hutan. "Bambu dapat menjadi kunci penting pengurangan emisi jika pemerintah serius mengkaji isu ini," ujarnya.

Beberapa daerah saat ini mulai bergerak. Di Kulon Progo, sejumlah kelompok tani menanam bambu di lahan kritis sebagai upaya pemulihan tanah. Di Jawa Barat, komunitas kreatif mulai mengembangkan wisata edukasi berbasis bambu, memadukan seni angklung dan pelestarian alam. Tindakan ini membuktikan bahwa perubahan dapat berawal dari langkah kecil dan sederhana.

"Dengan bambu, kami tidak hanya menjaga lingkungan, melainkan membuka mata pencaharian baru untuk generasi berikutnya," kata Pak Daru sambil memandang hutan mini yang ia rawat bersama warga desa. Bagi mereka, bambu tidak hanya sekadar tanaman biasa, melainkan jaminan tanah, air, dan masa depan.

Senja berganti, desau angin kian menembus sela batang, menciptakan simfoni yang menyejukan hati. Sinar matahari terkahir menorehkan bayangan keemasan di tanah lembap, sementara itu aroma tanah dan getah bambu memenuhi udara. Saya berdiri sejenak, mendengarkan harmoni yang tak pernah benar-benar berhenti.

Bambu, saya pun menyadari, kau adalah penyangga hidup: penyerap karbon, sumber mata pencaharian, penampung air, dan penjaga warisan budaya lokal. Keheningannya berbicara lebih lantang daripada kata-kata: "Lestarikan aku, maka aku akan menjagamu."

Pelestarian bambu tidak lagi menjadi sebuah pilihan, tetapi kewajiban bersama. Dari pembuat regulasi hingga warga desa, setiap orang memiliki peran masing-masing dan menempatkannya sebagai tonggak ketahanan ekonomi, sosial dan ekosistem.

Saat malam menyapa, bambu tetap berdendang ria, menegaskan bahwa harmoni alam dan manusia akan terjaga bila kita sudi mendengarnya. Melodi seribu rumpun itu terus mengalun, menjaga bumi dan menandai janji abadi antara kehidupan dan alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun