Mohon tunggu...
Feri Dwi Putra Suhartono
Feri Dwi Putra Suhartono Mohon Tunggu... Wirausaha

"Mari beraktivitas dengan hal yang positif agar mendapatkan hasil yang baik"

Selanjutnya

Tutup

Nature

Melodi Seribu Rumpun, Bambu Menjadi Pilar Ketahanan Alam dan Bangsa

29 September 2025   13:28 Diperbarui: 29 September 2025   12:26 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumpun Bambu di sekitar pedesaan (iStockphoto/Philip Thurston)

Kabut pagi menggantung rendah di lembah Sermo, Kulon Progo, seperti membaluti deretan bambu yang berdesir lembut. Embun menyatu dengan helai dedaunan, berkilau bagai serpihan kaca saat mentari pertama menembus celah langit. Suara air mengalir dari tempat ke tempat menambahkan nuansa irama halus yang menyejukan hati.

Di balik panorama sederhana itu, bambu menyimpan kekuatan yang luar biasa. Indonesia memiliki 172 jenis dari 1.500 spesies bambu di dunia, dan sekitar 88 jenis tumbuh baik di tanah air hingga saat ini. Para peneliti menyebut Indonesia sebagai lumbung penting konservasi bambu dunia, walaupun popularitas itu kerap terlewat dari sorotan publik.

"Bambu kerap dipandang hanya sebagai tanaman pinggiran, padahal perannya sangat penting," tutur Dr. Rini Kusuma, pakar botani Universitas Gadjah Mada, saat saya menemaninya meninjau kebun penelitian, Ia memandang hamparan hijau yang luas di depannya, seakan-akan terdengar bisikan bambu yang menunggu untuk diakui keberadaanya.

Pada lereng bukit yang curam, akar bambu diibaratkan sebagai jaring raksasa yang berfungsi untuk menjaga kondisi tanah. Saat hujan deras hadir, akar bambu menahan limpasan air, mencegah longsor, dan kelembaban. Riset Badan Litbang Kehutanan 2022 mencatat satu hektare bambu bisa menampung puluhan ribu liter air, menjaga cadangan air hingga musim kemarau datang.

Di tepi Sungai Progo, Pak Daru, salah satu petani setempat, menuturkan perubahan besar yang ia rasakan. "Dulu mas kalau sudah hujan besar datang, tanah cepat longsor. Namun, sekarang sudah jauh lebih baik," ujarnya sambil memegang batang bambu yang berdiri kokoh. Keberadaan rumpun bambu baginya bukan hanya sebagai pelindung alam, melainkan sebuah warisan untuk generasi kedepannya.

Rimbunan bambu menyediakan habitat bagi beragam makhluk hidup di sekitarnya. Burung-burung berkicau riang di antara dedaunan, serangga kecil menari di sela-sela rebung, sementara tikus berlarian di sekitar akar bambu. "Ekosistem bambu sumber dari aneka spesies hidup, hilangnya satu bentangan saja dapat merusak rantai kehidupan," jelas Rini.

Manfaatnya bukan hanya pada aspek ekologi saja. Di Desa Brajan, Sleman, bambu dibuat menjadi bahan dasar mebel, angklung, hingga lampu artistik yang masuk ke pasar global. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa ekspor produk bambu dan kerajinannya saat ini menembus belasan juta dolar AS setiap tahun, menandakan bahwa adanya peluang ekonomi yang terus berkembang.

Dari sudut pandang pelaku industri, bambu adalah produk dasar masa depan. "Ia terbilang ringan, kuat, dan dapat diperbarui," kata Rini, menekankan potensinya sebagai material konstruksi alternatif pengganti plastik dan bersifat ramah lingkungan. Dari rumah berbahan dasar bambu hingga komponen bioenergi, manfaatnya sangat begitu luas dan tidak terbatas.

Jejak budaya bambu memiliki makna yang begitu dalam. Di Bali, batang muda bambu diolah menjadi jukut ares yang diperuntukan saat upacara adat berlangsung. Di Jawa Barat, bambu wuluh memiliki makna kesuburan dalam ritual Seren Taun. Dalam kehidupan sehari-hari, bambu hadir sebagai perabot rumah tangga dan juga alat musik.

"Bambu itu bagian dari siklus hidup masyarakat Nusantara," ungkap Made Arimbawa, budayawan Bali, melalui sambungan daring. Bagi sebagian komunitas, menanam bambu bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan, melainkan menjaga hubungan spiritual dengan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun