“Kami tidak hanya ingin menjual kopi, tetapi juga menjual cerita, pengalaman, dan suasana Gunungpati,” tutur Pak Mulyono sambil menyuguhkan secangkir kopi hangat beraroma tajam namun lembut di lidah.
Ke depan, kelompok tani berharap bisa membentuk koperasi sendiri agar penjualan bisa lebih luas dan harga lebih stabil. Mereka juga mulai belajar pemasaran digital, bekerja sama dengan platform e-commerce dan media sosial.
Dari sebuah lereng yang dahulu hanya dilintasi petani dan kerbau, kini harum kopi menguar hingga kota. Gunungpati bukan lagi sekadar nama di peta, melainkan cerita tentang transformasi, semangat, dan masa depan. Di setiap tegukan kopi robusta dari Gunungpati, tersimpan harapan bahwa desa bisa menjadi pusat kemajuan tanpa kehilangan jati dirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI