Mohon tunggu...
Ferdi Setiawan
Ferdi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - خذ ما صفا واترك ما كدر

Sedang menggeluti kajian ilmu syariat, filsafat, bahasa arab, dan self-development

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ritus-ritus Kebahagiaan

17 Februari 2020   18:37 Diperbarui: 25 November 2020   12:13 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang telah disinggung, filsafat ini mengandung gagasan seorang Aristippus. Kenikmatan indrawi menjadi sangat penting untuk dipenuhi demi mencapai kebaikan dan kebahagiaan tertinggi. Kaum Epikurian juga menekankan bahwa kenikmatan tidak lantas hanya kenikmatan indrawi saja, nilai-nilai seperti persahabatan dan penghargaan terhadap kesenian termasuk di dalamnya. 

Akan tetapi, hasil-hasil yang menyenangkan dari suatu tindakan harus dipertimbangkan efek sampingnya. Jangan sampai hanya karena kalian menginginkan iphone 11, kemudian menangguhkan uang saku dan membuka tabungan yang pas-pasan untuk membelinya. Lalu kebutuhan lain yang terbilang primer malah terbengkalai, tidak dapat tercukupi. 

Juga jangka waktu dari kenikmatan tersebut, jika kenikmatan itu berjangka pendek, maka lebih baik ditahan demi kemungkinan mendapatkan kenikmatan yang lebih hebat, lebih kekal dan lebih besar dalam jangka panjang. Bukankah lebih menyenangkan pergi berlibur ke Inggris, mengunjungi 221B Baker Street tempat tinggal Si Detektif Sherlock Holmes dan temannya dr. Watson (yaa aku tahu dia hanya tokoh fiksi) dari pada menghabiskan uang jajan dan tabungan untuk membeli 200 bungkus pecel lele dalam satu waktu?! (fyi, aku suka pecel lele).

Mega ide lainnya berasal dari Democritus dengan teori atomnya. Democritus percaya bahwa ada yang dinamakan "atom jiwa" yang mana jika manusia mati, maka atom jiwa akan terurai menyebar ke seleruh penjuru. Dengan ini, ia juga percaya bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian. Rupanya, teori inilah yang menjadi obat bagi para Epikurian untuk menanggulangi ketakutannya terhadap kematian. Mereka berpedoman bahwa untuk menjalani kehidupan yang baik, manusia perlu mengatasi rasa takutnya terhadap kematian. Epicurus mengatakan, "Kematian tidak menakutkan kita. Sebab selama kita ada, kematian tidak bersama kita. Dan ketika ia datang, kita tidak ada lagi".

Kemudian, Epicurus meringkas filsafatnya dengan apa yang dinamakannya empat "ramuan obat": Dewa-dewa atau tuhan bukan untuk ditakuti. Kematian tidak perlu dikhawatirkan. Kebaikan itu mudah dicapai. Ketakutan itu mudah ditanggulangi.

Maka, dengan uraian dan empat "ramuan obat" di atas, manusia dapat mencapai apa yang dinamakan dengan kebaikan tertinggi dan kebahagiaan sejati, setidaknya itu yang dipercaya oleh Epikurian. Kalian percaya itu?

Tersisa satu aliran filsafat, dan yang satu ini adalah yang paling berbeda dari sebelumnya dan bisa dibilang perlu sedikit tambahan tenaga untuk memahaminya secara komprehensif. Maka aku sarankan jika kalian sudah cukup lelah membaca ritus-ritus ini, ambillah segelas air segar dan minumlah secukupnya. Aku juga tidak melarang jika kalian ingin minum teh atau kopi, karena yang terpenting ketika membaca dan mencoba memahami sesuatu adalah kenyamanan.

Baiklah, jika kalian sudah cukup nyaman untuk membaca kembali, aku perkenalkan aliran filsafat ke empat yang mengalir pada periode Helenisme, aliran filsafat yang paling berpengaruh di akhir periode ini.

Namanya Neo-Platonisme.

Jika tiga aliran filsafat terdahulu semuanya berakar pada ajaran Socrates dan tokoh-tokoh sebelumnya seperti Democritus, maka yang satu ini memiliki kecenderungan filsafat terhadap apa yang diajarkan oleh Plato. Oleh karena itu dinamakan Neo-Platonisme. Tokoh paling penting pada filsafat Neo-Platonisme adalah Plotinus (sekitar 205-270 M) yang berasal dari Alexandria, kota yang menjadi titik temu antara filsafat Yunani dan mistisme timur selama berabad-abad.

Untuk memahami filsafat Neo-Platonisme, kita perlu memulai dengan gagasan Plato mengenai "Dunia Ide". Plato percaya bahwa segala sesuatu terdiri dari dua bentuk, yaitu materi dan ide. Ide disini menjadi asal muasal terbentuknya materi. Dimisalkan dengan kue jahe yang berbentuk manusia, atau binatang atau bentuk apapun. Jika kalian ingin membuat banyak kue dengan bentuk yang sama, maka kalian membutuhkan sebuah cetakan kue. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun