Mohon tunggu...
Ferdinand Nauw Tahoba
Ferdinand Nauw Tahoba Mohon Tunggu... Guru, Head Master, Akademisi, Analis, Desainer, Inisiator, Profesional

...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanah yang Kaya untuk Orang Miskin: Sebuah Manusiawi dari Surga Kecil Jatuh ke Perut Investor

25 Mei 2025   10:31 Diperbarui: 25 Mei 2025   10:31 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi tentang Tanah yang kaya untuk orang miskin (sumber: Eksklusif penulis)

Semuanya halal, asal ada stempel.

FREEPORT & SAHABAT-SAHABAT DERMAWAN DARI LUAR NEGERI

Kita harus berterima kasih pada Freeport dan perusahaan besar lainnya. Tanpa mereka, bagaimana mungkin negara bisa dapat triliunan rupiah? Cuma jangan ditanya kenapa masyarakat Mimika tetap susah air bersih, miskin, dan sering gatal-gatal[^2]. Itu bukan salah tambang. Itu salah warga yang tak pandai bersyukur.

Karena dalam logika pembangunan hari ini, semakin banyak kekayaan diambil, maka semakin besar peluang rakyat untuk menderita secara merata.

JALAN TRANS PAPUA: DARI HUTAN KE LUBANG RAKSASA

Kita bangga punya Jalan Trans Papua. Panjangnya ribuan kilometer. Tapi jangan salah, jalan itu bukan untuk membawa guru ke kampung, atau mengantar anak sekolah ke kota. Jalan itu untuk truk kayu, alat berat, dan mobil double cabin berpelat merah yang suka hilir mudik membawa proposal dan janji.

LIPI (2020) menyebut jalan ini lebih berguna bagi aktivitas korporasi dibanding kebutuhan dasar warga[^3]. Tapi jangan protes. Karena mereka bilang, jalan adalah tanda cinta negara. Walau cinta itu sering datang hanya saat musim Pemilu.

AFIRMASI KHUSUS UNTUK YANG PUNYA KONEKSI

Katanya Otsus dibuat untuk memberdayakan Orang Asli Papua. Tapi kenyataannya, jabatan-jabatan penting lebih sering diisi orang-orang yang asli dekat dengan kekuasaan, bukan asli Papua.

Menurut KPPOD (2022), banyak pelanggaran dalam pengangkatan jabatan ASN di Papua[^4]. Tapi siapa peduli? Toh dalam sistem ini, yang penting loyal, bukan lokal. Maka tak heran jika banyak guru asli Papua tetap jadi honorer, sementara "tamu dari luar" sudah jadi kepala dinas. Afirmasi? Ah, itu cuma bahan seminar.

KESIMPULAN YANG SEBENARNYA SUDAH KITA TAHU, TAPI SELALU DIABAIKAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun