Mohon tunggu...
M Ferdinan Nurwahid
M Ferdinan Nurwahid Mohon Tunggu... Bidang Penelitian dan Penalaran LTMI PB HMI

Saya seorang manusia yang dibesarkan di bumi dengan ijin Tuhan yang maha esa, saya memiliki hobi menulis, membaca dan berdiskusi mengenai perkembangan teknologi dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Definis dan Prinsip Hirilisasi Industri Maritm

19 April 2025   03:53 Diperbarui: 19 April 2025   04:03 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makassar 2023, M Ferdinan Nurwahid

Peningkatan Kontribusi Sektor Maritim terhadap PDB Nasional

Sektor maritim memiliki potensi besar untuk meningkatkan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan. Studi oleh Sumaila et al. (2021) dalam Nature Communications menunjukkan bahwa investasi berkelanjutan di sektor kelautan dapat meningkatkan kontribusi PDB hingga 1,5 kali lipat dibandingkan praktik konvensional. Di Indonesia, laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2022) mencatat bahwa hilirisasi produk perikanan telah menyumbang peningkatan 23% terhadap PDB sektor kelautan dalam lima tahun terakhir. Pengembangan industri pengolahan berbasis sumber daya lokal, seperti pabrik fillet ikan dan pengolahan rumput laut, dapat menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional (World Bank, 2020).

Pengurangan Ketergantungan pada Impor Produk Olahan

Hilirisasi produk maritim mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor produk olahan perikanan dan kelautan. Penelitian Purwanto et al. (2022) dalam Marine Policy mengungkapkan bahwa penguatan industri pengolahan nasional dapat menurunkan volume impor produk perikanan olahan hingga 40% dalam kurun waktu sepuluh tahun. Contoh sukses terlihat pada industri pengolahan tuna yang telah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor (FAO, 2023). Kebijakan protektif dan insentif fiskal bagi industri pengolahan lokal, sebagaimana direkomendasikan oleh OECD (2021), terbukti efektif dalam membangun kemandirian pangan berbasis kelautan.

  • Sosial:

Penciptaan Lapangan Kerja di Sektor Pengolahan dan Logistik

Pengembangan hilirisasi sektor maritim terbukti mampu menciptakan lapangan kerja yang signifikan, khususnya di bidang pengolahan hasil laut dan logistik maritim. Penelitian oleh Bn et al. (2020) dalam World Development menunjukkan bahwa setiap investasi senilai $1 juta di industri pengolahan ikan dapat menciptakan 40-60 lapangan kerja baru, dengan proporsi 30% di antaranya untuk tenaga kerja lokal. Studi kasus di Filipina oleh Pomeroy et al. (2021) dalam Ocean & Coastal Management mengungkapkan bahwa pengembangan cold chain logistics untuk produk perikanan mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja hingga 25% dalam kurun waktu tiga tahun. Di Indonesia, pembangunan pusat-pusat pengolahan ikan di wilayah timur telah berhasil mengurangi pengangguran struktural sebesar 15% (KKP, 2023).

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui UMKM Berbasis Kelautan

Hilirisasi sektor maritim juga berperan penting dalam memberdayakan masyarakat pesisir melalui pengembangan UMKM berbasis kelautan. Penelitian Satria et al. (2022) dalam Maritime Studies menemukan bahwa program pendampingan teknis dan akses permodalan dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM pengolah rumput laut hingga 300% dalam dua tahun. Praktik terbaik dari Vietnam (Nguyen et al., 2021, Journal of Marine Island Cultures) menunjukkan bahwa klasterisasi UMKM perikanan dengan dukungan teknologi sederhana mampu meningkatkan produktivitas hingga 40%. Di Indonesia, program "Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia" telah berhasil mengembangkan 5.000 UMKM kelautan baru dengan omzet rata-rata Rp50 juta per bulan (Kemenkop UKM, 2023).

  • Lingkungan:

Dukungan terhadap Ekonomi Sirkular melalui Pemanfaatan Limbah Perikanan

Pengembangan ekonomi sirkular dalam sektor maritim telah menunjukkan potensi besar dalam mengurangi limbah sekaligus menciptakan nilai tambah. Studi oleh Rustad et al. (2021) dalam Journal of Cleaner Production mengungkapkan bahwa limbah ikan dapat diolah menjadi tepung ikan berkualitas tinggi untuk pakan ternak, dengan potensi reduksi limbah mencapai 95%. Implementasi sistem sirkular ini telah berhasil diterapkan di Norwegia, di mana 98% bagian ikan termanfaatkan (FAO, 2022). Di Indonesia, penelitian Ilham et al. (2023) dalam Marine Policy menunjukkan bahwa pengolahan limbah kulit ikan menjadi kolagen dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya hingga 30% sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

Pengurangan Overfishing melalui Diversifikasi Produk Perikanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun