Mohon tunggu...
FENTY YOLANDA PRATIWI
FENTY YOLANDA PRATIWI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Gausah Urusin Hidup Orang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerintah Negara-negara Afrika Berjuang Mempertahankan Ekonomi di Era Pandemi

18 Januari 2021   21:43 Diperbarui: 18 Januari 2021   21:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kontribusi negative sebesar 4% terhadap pertumbuhan antara 2010 dan 2014 diperoleh dari Sumber daya. Jika dibandingkan dengan dekade yang sebelumnya, sumber daya tersebut telah memberikan kontribusi positif langsung sebesar 12%.

Kondisi Ekonomi Afrika Saat Pandemi Covid-19

Investasi, pertumbuhan pendidikan, sumber daya manusia dan kesehatan adalah faktor yang membuat Negaranegara Afrika semakin miskin. Efek Pandemi Covid19 telah membuat Afrika semakin miskin dengan beberapa faktor, salah satunya adalah dengan hilangnya lapangan pekerjaan untuk para pemuda dan penduduk. Benua Afrika memiliki potensi Sumber Daya Manusia yang besar dengan 1,2 miliar penduduknya, benua ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat berkembang dengan cepat.

Lembaga keuangan multilateral memperkirakan Afrika akan terjerat resesi dengan penurunan laju PDB hingga 3,4 persen sebesar 1,7, proyeksi itu menurun hingga 7,3 poin persentase dari perkiraan sebelum pandemi. Dijelaskan bahwa sekitar 425 juta pendudukan Afrika hidup dibawah garis kemiskinan internasional, dengan pendapatan sekitar 1,9 dolar AS per hari pada 2020 menurut laporan American Outlook. Masuknya pandemi Covid19, krisis kesehatan dan penutupan wilayah (lockdown) semakin memukul perekonomian mereka, pendapatan warga hingga AfDB memprediksi wabah Corona ini akan menghilangkan sekitar 24,6 juta hingga 30 juta lapangan pekerjaan di Afrika.

Berbagai Kasus Yang Terjadi di Tengah Pandemi Covid-19

Salah satunya adalah Korupsi, paket bantuan ekonomi untuk masyarakat terdampak Covid19 di Afrika senilai 26 milliar dolar AS (Rp. 379,9 triliun). Akibatnya adalah makanan untuk orang miskin, alat pelindung diri untuk petugas kesehatan dan dana hibah untuk masyarakat yang baru di PHK semuanya terdampak.

Awalnya, Afrika Selatan dipandang sebagai negara yang paling siap untuk menghadapi pandemi virus corona dibandingkan negara Afrika dan subSahara lainnya. Namun dengan korupsi yang telah mengakar selama bertahun tahun telah melemahkan institusi Negara dalam menyiapkan system untuk menghadapi pandemi Covid19 ini. Oktober 2019, kepala Unit Investigasi Khusus pemerintah melaporkan bahwa terjadi tindak penipuan, pemborosan dan penyalah gunaan dana perawatan dan kesehatan dalam satu tahun sebanyak 2,3 miliar dola AS (Rp. 33,6 trilliun). Telah diselidiki sekitar lebih dari 20 kasus korupsi yang terjadi terkait dengan dana bantuan Covid19. Sekarang ini Afrika memiliki lebih dari 434.000 kasus pasien positif yang dikonfirmasi, dan itu adalah lebih dari separuh total kasus yang ada di benua Afrika. Terdapat lebih dari 6.600 kematian akibat pandemi covid19, yang mana pada sebuah laporan menyatakan bahwa jumlah kematian akibat covid ini lebih tinggi dari angka yang telah tertera.

Rumah Sakit Umum sedang berjuang dan beberapa petugas kesehatan secara terbuka mengaku bahwa mereka takut dalam menghadapi Covid19, karena lebih dari 5.000 petugas medis telah terinfeksi virus ini. Sehingga para perawat dan petugas medis lainnya memohon perlindungan bagi mereka yang lebih besar terhadap keamanan mereka dalam bekerja merawat para pasien terinfeksi virus corona.

Namun yang terjadi malah penipuan yang sangat buruk terhadap persediaan medis yang sangat dibutuhkan dan terus meningkat. Perusahaan Sicuro Safety dan Hennox Supplies sempat menaikkan harga masker hingga 900 persen, penyelidikan dilakukan dan perusahaan tersebut mengaku bersalah dan mendapat denda. Di provinsi Gauteng yang merupakan episentrum baru virus corona di Afrika Selatan, perusahaan Royal Bhaca mengenakan biaya lebih dari empat kali lipat dari harga regular untuk memasok ke pemerintah untuk kebutuhan APD sekitar 3,50 dollar AS per masker bedah. Hand sanitizer dipatok dengan harga yang hampir dua kali lipat atau senilai 5 dollar AS untuk ukuran botol 500 ml. Dalam beberapa kasus, peralatan yang dibutuhkan telah dibeli namun tidak sampai kepada orang yang dituju.

Upaya Pemerintah Afrika Menekan Penyebaran dan Memperbaiki Ekonomi

Belajar dari virus dan penyakit yang pernah melanda Afrika beberapa tahun belakangan membuat Afrika memiliki langkah yang terbilang cukup cepat. Dengan dukungan World Health Organization (WHO) serta tangan-tangan global berupa bantuan alat uji serta pedoman pelatihan kepada tenaga medis, Negara-negara di Afrika sedang mempercepat pendeteksian penularan. Kemudian negara-negara di Afrika mengambil tindakan otoriter yang cepat. Sejumlah negara merilis kebijakan lockdown atau pengendalian pergerakan orang dan memberlakukan jam malam, seperti di Afrika Selatan, Rwanda, Kenya, Zimbabwe, Uganda, Senegal, Ghana, Malawi, Mauritius, Nigeria, dan lain sebagainya. Dalam beberapa sudut pandang, kebijakan cepat negara-negara ii dianggap terlalu terburu-buru tanpa perencanaan darurat mengingat dampak ekonomi dan sosial akan sangat mengancam Afrika. Seakan belajar dari pengalaman, menghadapi epidemi virus Ebola tahun 2013--2016, sekaligus menjadi benua yang sedang berjuang melawan malnutrisi, malaria, HIV, TBC, dan kolera, langkah cepat ini dipandang sebagai upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19, untuk juga menghindari berbagai kerentanan negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun