Mohon tunggu...
Fenton Martin
Fenton Martin Mohon Tunggu... A learner who always keeps learning

A learner who always keeps learning

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

28.12 Biarlah Orang Berkata Apa

28 Juni 2025   21:09 Diperbarui: 28 Juni 2025   21:09 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Anthony Tori on Unsplash

Tulisan kali ini merupakan sudut pandang pribadi. Dengan berdasar atas pemahaman dan keterbatasan ilmu yang dimiliki saat ini, semoga tulisan ini bisa menambah sudut pandang baru bagi para pembaca. Besar harapannya agar mendapat kritikan dan saran yang membangun agar terus dapat memperbaiki dan menjadi manusia yang lebih baik lagi.

"Fenton kamu kenapa seperti ini?", "Fenton kamu beneran ...?", "Fenton kamu ini, kamu itu ....?", dan banyak lagi berbagai perkataan orang lain terhadap kita. Ini bukanlah hal yang jarang terjadi, terutama di Indonesia. Berbeda dengan budaya di luar negeri yang orang terlatif tidak ikut campur ataupun berkomentar terhadap orang lain.

Photo by saeed karimi on Unsplash
Photo by saeed karimi on Unsplash

Berdasar KBBI, "kepo" yang merupakan akronim bahasa Inggris khas Indonesia, "knowing every particular object" berarti rasa ingin tahu yang berlebihan dengan urusan orang lain.

Sudah jadi hal lumrah di sekitar kita kalau banyak orang yang terlalu ingin tahu atas urusan orang lain, termasuk saya sendiri pun dulu juga seperti itu. Hingga akhirnya, saya tersadar kalau terlalu ingin tahu juga tidak ada gunanya. Itu hanya untuk menyenangkan kepentingan dan kegoisan diri.

Komentar positif ataupun negatif kerap muncul di berbagai kesempatan. Mungkin diri kita sendiri juga sering mengucapkan ataupun terpikir komentar-komentar tersebut, baik yang akhirnya tersampaikan kepada orang lain atau hanya dalam hati dan pikiran kita sendiri.

Semakin kita dewasa, semakin kita mengenal banyak orang, kita akan melihat berbagai macam perilaku, baik yang dilakukan oleh anak muda, orang lebih tua, atau kepantaran usia kita. Cara mereka berpikir sangat tergantung dari bagaimana orang tersebut dibesarkan dan latar belakangnya.

Photo by Miguel Henriques on Unsplash
Photo by Miguel Henriques on Unsplash

Saya pernah bertemu orang-orang yang memiliki latar belakang yang relatif baik, jarang sekali muncul atau terdengar komentar negatif terhadap orang lain. Bahkan mereka lebih banyak mengomentari diri sendiri, seperti apa yang dia telah lakukan dan bagaimana cara mengatasi dan memperbaiki masalah yang ada. Tidak berfokus pada masalah orang lain yang berujung menjadi komentar negatif.

Bila kita coba refleksikan kepada diri sendiri, misal dalam mengambil sebuah foto. Saat kita mengabadikan momen yang kita rasa perlu, terkadang ada saja orang yang melihat dengan sinis terhadap apa yang kita lakukan, atau bahkan sering dikomentari yang sampai terucap dan terdengar oleh kita.

Ambil foto dan video sebanyak-banyaknya di tempat kemungkinan kecil kita kembali. Orang lain mungkin melihat apa yang kita lihat sebagai suatu kebiasaan, sedangkan itu tidak berlaku untuk kita. Dokumentasi momen itu penting. Tangkap momen yang kita suka ataupun perlu dikenang, agar nanti bisa melihat kembali momen itu entah esok hari atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang.

Photo by Anthony Tori on Unsplash
Photo by Anthony Tori on Unsplash

Biarlah orang lain berkata dan mengomentari diri kita. Apapun yang jadi isi pikiran orang lain adalah milik mereka. Namun bagaimana cara kita menaggapi, itu adalah milik kita. Selama kita tidak merugikan orang lain ataupun memiliki niat tidak baik, biarlah apapun yang dikatakan orang.

Sering kali kita terlalu memikirkan apa yang dikatakan orang, apa yang dipikirkan orang, sesungguhnya kita tidak akan selalu ada di pikiran orang lain tersebut, kita hanyalah sekilas momen yang tidak penting bagi orang lain. Kita menjalani hidup kita sendiri, orang lain pun sibuk dengan urusan orang lain.

Jadi, bila kita merasa apa yang orang lain komentari itu tidak sesuai, biarlah mereka berkata apa. Bila perlu koreksi, berilah koreksi namun besar kemungkinan orang lain itu juga akan semakin menguatkan argumen mereka. Daripada energi habis untuk hal yang sia-sia, lebih baik kita fokus menggunakan energi kita untuk hal positif dan penting bagi diri kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun