Mohon tunggu...
Fendiv Januar Lumbantobing
Fendiv Januar Lumbantobing Mohon Tunggu... Independen

Blog ini adalah wujud dari jurnalisme warga, tempat saya berbagi analisis, opini, dan cerita dari sudut pandang seorang warga yang peduli.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Petani Muda Tapanuli Utara Raup Untung dari Ubi Jalar Organik

3 September 2025   22:17 Diperbarui: 4 September 2025   00:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jekson Ompusunggu, di lahan pertaniannya yang dikelola dengan sistem terpadu  (Sumber: Dok. pribadi)

Jekson Ompusunggu, petani muda dari Kecamatan Muara, Tapanuli Utara, membuktikan bahwa bertani dapat menjadi profesi modern yang menguntungkan. Dengan menerapkan sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System/IFS), ia berhasil mencapai panen ubi jalar organik hingga 20 ton per hektare, dengan harga jual Rp 4.000 per kilogram. Keberhasilannya menarik perhatian Wakil Bupati Tapanuli Utara, Dr. Deni Lumbantoruan, M.Eng, yang mengunjungi lahannya untuk mempelajari pendekatan bisnisnya.

Wabup Taput, Dr. Deni Lumbantoruan, saat mengunjungi lahan pertanian Jekson Ompusunggu di Kecamatan Muara (Sumber: taputkab.go.id) 
Wabup Taput, Dr. Deni Lumbantoruan, saat mengunjungi lahan pertanian Jekson Ompusunggu di Kecamatan Muara (Sumber: taputkab.go.id) 

Jekson mengelola biaya produksi secara efisien. Meskipun biaya awal kompos mencapai Rp 20 juta, ia memproduksinya sendiri dari limbah pertanian dan kotoran ternak, menekan pengeluaran signifikan. Biaya lain meliputi stek (Rp 3 juta), tanam (Rp 3 juta), penyiangan (Rp 3 juta), dan panen (Rp 4-5 juta). 

Para petani muda mempelajari hasil panen ubi jalar organik hasil penerapan sistem pertanian terpadu (IFS) (Sumber: Dok. pribadi)
Para petani muda mempelajari hasil panen ubi jalar organik hasil penerapan sistem pertanian terpadu (IFS) (Sumber: Dok. pribadi)

"Bertani modern bukan hanya soal panen banyak, tapi juga mengelola sumber daya dengan cerdas," ujar Jekson. Dari lahan 400 meter persegi, ia mampu memanen rata-rata 900 kg, bahkan hingga 1,4 ton pada kondisi optimal, dengan hasil terendah tetap stabil di 500 kg.

Para petani muda mengunjungi kebun Jekson Ompusunggu untuk mempelajari langsung penerapan sistem IFS  (Sumber: Dok. pribadi)
Para petani muda mengunjungi kebun Jekson Ompusunggu untuk mempelajari langsung penerapan sistem IFS  (Sumber: Dok. pribadi)
Keberhasilan Jekson menginspirasi generasi muda untuk melirik sektor pertanian sebagai peluang ekonomi. Pendekatan bisnisnya menunjukkan bahwa dengan perhitungan matang, petani dapat mencapai kemandirian finansial. Namun, pemerintah daerah perlu mendorong pelatihan dan akses modal agar model ini dapat direplikasi. Wakil Bupati Deni menyatakan, pihaknya akan mendukung petani muda melalui program penyuluhan dan bantuan teknologi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun