Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Belajar dari Ganjar: Stunting Bukan Soal Gizi, tapi Budaya

5 Februari 2024   14:30 Diperbarui: 10 Februari 2024   20:16 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena, seharusnya pencegahannya juga menekankan pada aksi yang lebih dini, makanya disinggung 1000 hari HPK alias Hari Pertama Kehidupan dari janin muncul sampai sudah berusia sekitar 2-3 tahun yang mana kebutuhan akan nutrisi dari ibu dan bayi menjadi utama. 

Bahkan lebih spesifiknya bahwa ini adalah persoalan dari kesiapan ibu dan ayah yang kelak akan melahirkan anak-anak yang sehat. Maka ibu dan ayahnya juga perlu dipastikan sehat, sebelum mereka menikah dan akhirnya mengandung anak. 

Stunting itu adalah soal permasalahan gizi kronis yang sejak dini tidak dijamin kecukupan gizinya yang berimbas pada pertumbuhan postur tubuh dan otak mereka kedepan juga terkesan lamban. 

Makanya sempat disinggung bahwa jika anak stunting maka IQnya rendah selain tubuhnya juga semisal usia 20 tahun masih seperti 10 tahun. 

Masalah ini menurut Ganjar Pranowo juga muncul dari keluarga yang melahirkan yang tidak diberikan penyuluhan pentingnya kesehatan sejak dini, yang mana sebelum melahirkan pentingnya pula dideteksi bilamana ada penyakit maka perlu ada penanganan. Sehingga bukan sejak lahir saja dipantau bahkan ketika sudah dewasa.

Ganjar Pranowo menekankan pada pentingnya membudayakan gerakan hidup sehat bagi setiap keluarga melalui kecukupan gizi yang sehat. 


Alih-alih mendorong makan siang gratis yang ditinjau sekalipun sejak usia kandungan bahwa komponen bahan makanan-nya adalah organik dan mayoritas ditunjang melalui impor. 

Ganjar menekankan pada kearifan pangan lokal yang diperkaya dengan produksi dan distribusi pangan lokal yang lebih mumpuni bahkan menyejahterakan petani. 

Semisal jika alih-alih mendorong prevalensi stunting melalui makanan tambahan atau nutrisi dan komponennya berasal dari bahan impor negara lain. 

Mengapa tidak menggunakan pangan lokal saja yang tentunya juga dijamin kualitasnya, semisal seperti program PMTAS (Program Makanan Tambahan Anak Sekolah) walau makanan tambahan mengapa tidak dimaksimalkan bahan makanannya seperti daun kelor yang efektif untuk menumbuhkan nutrisi bagi anak-anak usia dini, atau para remaja putri yang kelak akan menikah dimana sejak dini mereka yang rentan anemia juga musti dijaga. 

Stunting itu harus dilihat pada konsepsi 1000 hari pertama kehidupan bukan 1000 bahkan 2000 hari hari kehidupan selanjutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun