Mohon tunggu...
Felicia Christa
Felicia Christa Mohon Tunggu... Pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Kanker Menghantui Penerima Transplantasi Organ

22 September 2017   17:09 Diperbarui: 22 September 2017   17:31 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Meskipun resiko kanker meningkat, para peneliti menyatakan bahwa sebagian besar anak yang menerima transplantasi organ tidak terkena penyakit kanker. Kurang dari 400 anak dari hampir 18.000 penerima transplantasi organ, didapati mengalami gejala kanker rata-rata sekitar empat tahun masa tindak lanjut.

Dr. Christina Lee Chung, seorang rekanan profesor dermatologi di Drexel University di Philadelphia menyatakan bahwa penerima transplantasi organ beresiko mengidap penyakit kanker kulit lebih besar. Penemuan ini berlaku untuk seluruh pasien transplantasi, baik mereka yang memiliki ras kulit putih, ras kulit hitam ataupun ras keturunan asia. Dr. Christina menganalisa 413 rekam medis penerima transplantasi, dimana 63% bukan dari ras kulit putih. Dari penelitiannya didapati bahwa dari 19 persen baru yang mengidap kanker kulit, 15 diantaranya bukan ras kulit putih. Mereka yang mengidap kanker teridiri dari 6 pasien kulit hitam, 5 pasien keturunan Asia, dan 4 pasien Hispanik.

Berdasarkan penelitian tersebut didapati bahwa pasien berkulit hitam mengalami kanker kulit pada tahap awal. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya resiko kanker kulit lebih besar bagi mereka yang memiliki ras kulit putih. Sedangkan pada keturunan Asia, kanker kulit kebanyakan lebih sering muncul pada area kulit yang sering terpapar sinar matahari.

Dalam penelitian lain didapati bahwa obat yang digunakan oleh penerima transplantasi disebut azathioprine membuat sel lebih sensitif terhadap UVA cahaya. Menurut Peter Karran, PhD, dan rekan-rekannya yang bekerja di Clare Balai Laboratorium, bagian dari Cancer Research UK London Research Institute,  Dua puluh tahun setelah transplantasi, antara 60% dan 90% dari pasien terkena kanker kulit yang disebut karsinoma sel skuamosa.

Menurut American Cancer Society, Sel skuamosa karsinoma mencapai sekitar 10% sampai 30% dari semua kulit kanker. Sel ini juga sering muncul pada bagian tubuh yang sering terkena paparan sinar matahari, yaitu wajah, telinga, leher, bibir, dan punggung tangan.

Menurut penelitiannya, kanker kulit ini disebabkan dari penggunaan Azathioprine yang umum digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh pada penerima transplantasi organ. Pada penelitian mereka, didapati bahwa Azathioprine dibentuk di DNA dan menyebabkan penumpukkan. Penumpukkan ini mengakibatkan kepekaan terhadap UVA cahaya, sehingga DNA terpicu untuk membuat perubahan yang malah mengakibatkan kanker.

Berdasarkan penelitian, ada dua faktor yang menyebabkan resiko kanker menjadi lebih besar pada penerima donor. Faktor pertama adalah obat imunosupresan  yang digunakan sebagai penekan kekebalan tubuh agar tidak menyerang organ baru yang ditransplantasi. Faktor kedua adalah infeksi virus Epstein-Barr.

Obat imunosupresan yang digunakan menyebabkan penerima organ beresiko tinggi terkena berbagai penyakit kanker. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh mengalami masalah, sehingga menjaga sel kanker tetap ada. Sistem kekebalan tubuh yang lemah ini, mengakibatkan penerima donor mudah terserang virus Epstein-Barr.

Virus Epstein-Barr ini dapat tertular secara langsung dari organ baru yang ditransplantasi ke penerima. Selain itu virus ini juga dapat tertular melalui kontak langsung dengan seseorang yang sudah terjangkit virus Epstein-Barr. Mulai dari keluarga, teman, hingga kerabat maupun orang lain yang kita ditemui di masyarakat dan rumah sakit.

Seorang profesor hematologi dan onkologi pediatrik di Duke University bernama Dr. Daniel Weschler, menulis sebuah editorial yang menyerupai penelitian yang diterbitkan dalam Mei Pediatrics. Ia menyatakan bahwa virus Epstein-Barr merupakan salah satu penyebabkan mononucleosis. Sekitar 70% - 80% populasi telah terinfeksi di beberapa titik. Hal ini berkaitan dengan tumor, limfoma non-Hodgkin, dan limfoma Hodgkin.

Dr. Darla Granger, direktur program transplantasi pankreas di Rumah Sakit dan Rumah Sakit St. John di Detroit, membuat kita memiliki titik terang mengenai hubungan sistem kekebalan tubuh rendah dengan resiko kanker. Ia mengatakan bahwa "Menekan sistem kekebalan tubuh memang meningkatkan risiko kanker. Dan, jika Anda menderita kanker, Anda menginginkan sistem kekebalan tubuh yang kuat untuk melawan kanker."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun