Mohon tunggu...
Lyfe

Polemik LGBT

29 Februari 2016   11:40 Diperbarui: 29 Februari 2016   12:11 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LGBT kependekan dari Lesbian, Gay, Bisexual, and Transexual merupakan fenomena yang sudah lama menjadi sorotan dunia. Banyak anggota masyarakat yang masih konvensional maupun kelompok agamawan menentang kebijakan berkaitan dengan LGBT, menyusul dilegalkannya pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat pada tanggal 26 Juni 2015. Di Indonesia sendiri, isu LGBT akhir-akhir ini juga menjadi sorotan publik karena pernyataan yang dilontarkan oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi terhadap sebuah kegiatan organisasi mahasiswa yang dinilainya dapat merusak moral. Namun, jika dilihat lagi, kegiatan tadi bertujuan baik dan sangat jauh dari apa yang disebut tidak bermoral. Even organisasi mahasiswa tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman dan memberi konseling bagi teman-teman LGBT yang membutuhkan. Even ini memiliki tujuan yang baik, ditambah lagi dengan fakta kaum LGBT yang dalam masyarakat dalam posisi yang terpinggirkan dan dipandang sebelah mata.

Kaum LGBT agaknya menemui ruang marginal dalam masyarakat masa kini. Adanya penolakan dari berbagai pihak disebabkan oleh anggapan bahwa LGBT hanya berkaitan dengan bagian perut ke bawah saja dan masih banyak pula orang-orang yang homophobic. Padahal, LGBT berkaitan dengan orientasi seksual dan gender, bukan sekedar hasrat seksual. Tidak banyak masyarakat yang paham bahwa jenis kelamin, orientasi seksual, dan gender merupakan hasil konstruksi sosial, sehingga lingkup pembicaraannya tidak hanya melulu perempuan dan laki-laki, namun juga interseks dan transgender. Tidak melulu berujung pada heteroseksual, namun juga homoseksual dan biseksual. Dari ketidakpahaman ini, muncul berbagai permasalahan seperti di negara kita ini. Sebagai contoh adalah adanya statement dari para pejabat negara yang bernada sinis terhadap LGBT. Konservatisme semacam ini dapat memperparah prasangka buruk tentang LGBT, apalagi bila disiarkan melalui pers luas dan membentuk opini masyarakat. Yuli Rustinawati, ketua LSM Arus Pelangi yang membela kaum LGBT, menyatakan kekhawatirannya akan dampak buruk pernyataan-pernyataan tersebut terhadap kekerasan pada kaum LGBT dan meningkatnya homophobic bullying. Selain itu, LGBT dipandang sebagai masalah dalam ranah agama dan moralitas. LGBT dianggap tidak sesuai dengan norma, budaya ketimuran, dan dosa. Padahal, LGBT menyangkut banyak ranah scientific dan kajian mengenainya sudah dikategorikan secara khusus sebagai Queer Studies.  Pernikahan sesama jenis juga dianggap mencederai kodrat alamiah untuk bereproduksi dan melestarikan kelanjutan ras manusia, karena secara alamiah pernikahan sesama jenis bersifat steril.

Di lain pihak, tak sedikit pula kalangan masyarakat yang mendukung kebijakan pernikahan sesama jenis. LGBT  kemudian menjadi salah satu isu yang diangkat untuk mengusung nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM). HAM dijadikan alasan LGBT untuk mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis. Mereka beranggapan bahwa LGBT merupakan sifat yang dibawa manusia sejak lahir akibat mutasi gen tertentu, bukan merupakan sebuah kelainan psikologis ataupun penyakit masyarakat. Fakta ini menghasilkan penghapusan LGBT sebagai penyakit seksual oleh WHO (World Health Organization). Pandangan ini didukung dengan adanya ‘Deklarasi Montreal’ pada 2006, yang berisi rekomendasi semua negara di dunia untuk mengakui hak-hak LGBT. Buah dari itu semua, akhirnya tanggal 17 Mei pun dipilih sebagai hari International Day Against Homophobia.

Terlepas dari semua pendapat dan kontroversi masing-masing pihak, LGBT masih merupakan suatu problema dilematis dalam masyarakat. Di satu sisi, Cinta tak mengenal gender, ras, dan agama. Namun ada norma-norma dan kodrat yang dilanggar oleh kaum LGBT. Jadi, sebagai manusia yang beradab kita harus tetap menghargai kaum LGBT sebagai sesama manusia yang mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing.

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun