Ternate adalah salah satu kota sekaligus pulau yang terletak di Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Kota ini dikenal sebagai bekas pusat Kesultanan Ternate, salah satu kerajaan Islam tertua dan paling berpengaruh di kawasan timur Indonesia. Letaknya yang strategis menjadikan Ternate penting secara historis, budaya, dan ekonomi sejak masa lampau, terutama karena kekayaan rempah-rempahnya.
Bahasa asli yang digunakan oleh masyarakat Ternate termasuk dalam kelompok bahasa non-Austronesia dan sering digolongkan ke dalam kelompok bahasa-bahasa Papua Timur. Namun, dalam kehidupan sehari-hari dan interaksi dagang, masyarakat lebih banyak menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Pengetahuan lokal masyarakat Ternate diwariskan secara turun-temurun, terutama melalui tradisi lisan seperti pantun dan cerita rakyat. Tradisi ini digunakan untuk menjelaskan asal-usul tempat dan sejarah masyarakat. Selain itu, mereka juga memiliki pengetahuan pengobatan tradisional yang dikenal dengan sebutan dabi-dabi, yaitu praktik penyembuhan menggunakan bahan-bahan alami hasil alam. Pengetahuan tentang astronomi juga berkembang, digunakan sebagai penunjuk arah dan bagian dari sistem budaya masyarakat.
Dalam struktur sosial, masyarakat Ternate menganut sistem kerajaan yang masih lestari hingga kini. Struktur adatnya kuat dan terbagi dalam sistem Soa atau kelompok kekerabatan, serta kelompok tradisional seperti Joungko, Bobato, dan Kapita. Meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan politik, Kesultanan Ternate masih hidup sebagai simbol budaya dan identitas masyarakat.
Sebagian besar penduduk Ternate bermata pencaharian sebagai nelayan, petani pala dan cengkeh, serta pedagang. Sejak masa kolonial, Ternate sudah dikenal sebagai bagian penting dari jalur rempah dunia. Hal ini menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan strategis di kawasan timur Indonesia.
Mayoritas masyarakat Ternate memeluk agama Islam, yang masuk sejak abad ke-15 melalui para pedagang Arab dan gujarat. Nilai-nilai Islam sangat kuat dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari adat istiadat hingga norma sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Ternate masih memanfaatkan berbagai peralatan tradisional yang mencerminkan kearifan lokal. Alat-alat rumah tangga seperti alat penumbuk sagu dan wadah anyaman dibuat dari bambu dan kayu, menunjukkan keterikatan dengan alam dan warisan budaya.
Kesenian tradisional Ternate kaya akan tarian dan musik. Beberapa tariannya antara lain Tari Sakele, Sawa-sawa, Katreji, dan Polonise. Alat musik yang sering dimainkan adalah tifa, sejenis genderang khas Maluku, dan totobuang, alat musik pukul dari logam.
Kuliner khas Ternate juga sangat menarik dan memiliki cita rasa yang unik. Makanan tradisional seperti gohu ikan, nasi jaha, dan nasi lapola menjadi sajian favorit masyarakat lokal. Minuman seperti air guraka dan kopi rempah pun mencerminkan perpaduan antara tradisi dan kekayaan alam.
Senjata tradisional seperti parang salawaku dan kalawai menjadi bagian dari identitas budaya Ternate, selain juga mencerminkan nilai-nilai pertahanan diri dan keberanian. Sementara itu, permainan tradisional seperti tokaloko gama, katapel, dan bilalomo memperlihatkan kreativitas anak-anak Ternate dalam bermain secara tradisional.
Tarian seperti tari soya-soya dan tari tide-tide masih sering ditampilkan dalam upacara adat maupun pertunjukan budaya. Tak kalah penting, tradisi seperti ritual uci-uci doemo dan adat joko kaha menjadi penanda bahwa budaya Ternate masih hidup dan terus dijaga oleh masyarakat hingga kini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!